Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 13.950 per dolar AS sampai 13.970 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Selasa (23/7/2019), rupiah dibuka di angka 14.956 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.943 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 13.966 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.955 per dolar AS hingga 13.974 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,94 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.973 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.963 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, harga minyak dunia naik karena gangguan suplai.
"Harga minyak dunia naik dalam beberapa hari ini karena kekhawatiran terhadap suplai yang terganggu seiring dengan tensi geopolitik yang menguat di Selat Hormuz," ujar Lana.
Pada Jumat 19 Juli lalu, Iran menangkap kapal tanker Inggris. Sementara dari Libya dikabarkan telah menutup salah satu ladang minyak terbesar di Libya yang menyebabkan turunnya produksi sebesar 290.000 barel per hari.
Kendati demikian, Baltic Dry Index yaitu indeks yang mengindikasikan perdagangan dunia, mencatatkan kenaikan sebesar satu persen pada Senin kemarin menjadi 2.191, tertinggi sejak Desember 2013. Indeks ini sebagai tolak ukur dari pergerakan bahan mentah utama melalui laut.
"Indeks ini bisa menjadi indikator membaiknya perdagangan dunia yang implisit juga indikasi permintaan dunia," kata Lana.
Lana memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah di kisaran 13.950 per dolar AS sampai 13.970 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.
Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia pada Selasa 11 Juni 2019.
BACA JUGA
Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.
"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.
"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.
Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.
"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.
Advertisement