Pemanfaatan Tulang Hewan Menjadi Material Bangunan

Sekelompok mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil ITS ini mencoba meneliti mengenai pengaruh penambahan abu limbah tulang ini pada banguanan beton.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Mei 2012, 10:32 WIB
Citizen6, Surabaya: Limbah tulang hewan pada umumnya hanya dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, lem, dan dan bahan makanan. Namun pemanfaatan limbah tulang tersebut hanya bersifat spatial atau tidak menyerap limbah tulang secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan pemanfaatan tersebut mensyaratkan jenis tulang dan kondisinya.

Oleh karena itu diperlukan pemanfaatan limbah tulang secara menyeluruh. Sekelompok mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil ITS ini mencoba meneliti mengenai pengaruh penambahan abu limbah tulang ini pada banguanan beton. Tim Program Kreativitas Mahasiswa ( PKM ) Penelitian yang beranggotakan Samsul, Wawan, Dhanar, Farid, dan Izha ini mulai melirik tulang sebagai bahan material bangunan.

Hal ini dikarenakan jumlah limbah tulang di Indonesia yang sangat banyak dan belum termanfaatkan secara menyeluruh. Selain itu dalam pembuatan beton memerlukan material semen yang perananya dalam beton sangat dominan. Di sisi lain penggunaan semen telah menyumbang emisi CO2, karena dalam proses pembakaran batu kapur sebagai bahan dasar semen akan menghasilkan CO2 yang lepas ke atmosfer. Hal ini akan memperparah pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan material lain yang ramah lingkungan salah satunya tulang hewan.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan tulang dalam pembuatan beton, pertama-tama Tim PKM - Penelitian ini melakukan proses pembakaran pada tulang. Proses pembakaran dilakukan menggunakan Furnace dengan suhu pembakaran sebesar 800 Celcius. Proses pembakaran dilakukan selama empat jam.

Tahap selanjutnya, Limbah tulang yang telah dibakar kemudian dihancurkan sampai ukuran butiran partikelnya lolos ayakan nomor 100. Dari sini limbah tulang yang telah dihaluskan dilakukan analisa XRF yang didapatkan hasil mengenai komposisi tulang. Di mana sekitar 78,86% kandungan tulang terdiri dari oksida Kalsium (CaO), dan sekitar 20,2% nya adalah oksida posfat ( P2O5 ). Dari sini dapat diambil hipotesa bahwa tulang memiliki potensi jika digunakan dalam struktur beton mengingat kandungan CaO yang besar pada tulang. CaO sendiri komposisi terbesar dalam semen.

Proses selanjutnya adalah melakukan pembuatan benda uji. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasta dasar dengan bentuk kubus ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Setelah proses ini dilakukan proses perawatan pada benda uji yaitu dengan menjaga suhu dan kelembaban. Proses terakir adalah menguji kekuatan tekannya. Dari proses uji kuat tekan menggunakan mesin uji kuat tekan UTM. Didapat hasil seiring penambahan abu tulang akan diikuti dengan penurunan kekuatan benda uji. Namun penurunan ini tidak terlalu signifikan. Dari uji kuat tekan umur 14 hari didapat hasil kuat tekan variasi 0%, 10%, 20%, 30% adalah sebagai berikut 56.95 Mpa, 54.38 Mpa, 48.81 Mpa, 46.20 Mpa. Walaupun hasilnya menurun, tetapi beton dengan campuran ini dapat diaplikasikan disebagian besar banguanan seperti batu bata, beton ringan, porous concrete, plesteran, dinding, dan lain sebagainya.

Satu tujuan utama dari penelitian ini adalah mengurangi penggunaan semen yang diketahui dapat menyumbangkan emisi CO2. sehingga aplikasi beton dengan campuran tulang ini dapat memberikan solusi suatu konstruksi yang ramah lingkungan. Pengembangan penelitian selanjutnya yang akan dilakukan oleh TIM PKM - Penelitian ini adalah mengembangkan beton tulang ini dengan tambahan fly ash. Selain itu akan dikembangkan juga beton dengan bahan material semen, semen ini yang akan dikembangkan yaitu semen phosfo silika dari tulang hewan. (Pengirim: M Samsul Anam)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya