Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu menanggapi fenomena bakar duit yang terjadi di industri digital seperti yang dilakukan oleh beberapa perusahaan e-commerce.
Mari Elka menilai, fenomena bakar duit pada dasarnya hal yang lumrah terjadi di era digital ekonomi. Namun, ada banyak pertimbangan lain yang menurutnya dinilai oleh masyarakat sebagai konsumen atau penikmat jasa e-commerce.
"Kalau platform ekonomi kan modelnya the more data yang dimiliki, maka lebih tinggi nilai dari platform itu, oleh karena itu terjadi competition untuk mendapatkan customer," tuturnya di Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sebab itu, Mari Elka menilai, masyarakat pasti turut mempertimbangkan seperti faktor keamanan pelayanan dari e-commerce dan kepercayaan terhadap platform e-commerce tertentu.
"Customer memang intinya melihat yang mana yang beneficial dari segi price tapi at the end of the day mereka juga akan menilai, oke meskipun beda Rp 10, mungkin saya akan bayar lebih mahal kalau service reliable atau lebih baik servisnya, jadi at the end of the day bukan hanya masalah price tapi masalah rating daripada trust level ke platform itu penting," ujarnya.
"Oleh karena itu, kepercayaan terhadap platform itu juga tidak kalah penting," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dompet Digital Perang Diskon, Hanya Bakar Duit atau Edukasi Masyarakat?
Sebelumnya, keberadaan dompet digital semakin marak dengan munculnya berbagai produk dari dalam negeri. Dari fenomena ini, muncul istilah perang diskon antar pelaku usaha.
Chief Executive Officer (CEO) dompet digital DANA, Vincent Iswara, mengatakan bahwa perang diskon yang dilakukan di industri uang elektronik ini tidak semata-mata hanya buang uang. Namun ada misi yang cukup besar di belakangnya yaitu upaya untuk mengedukasi masyarakat mengenai dompet digital.
Vincent menjelaskan, upaya yang dilakukan DANA untuk memberikan edukasi ke masyarakat memang salah satunya melalui diskon atau potongan harga. Menurutnya, ini merupakan pemantik agar masyarakat berpindah dari transaksi tunai ke ke transaksi nontunai (cashless).
BACA JUGA
"Selalu ada istilah bakar duit, kita itu sebenarnya ingin edukasi. Maka dari itu kita benar-benar berikan promosi, diskon, insentif, itu untuk mengajarkan ke masyarakat dulu mengenai dompet digital. Supaya kedepanya lebih sustanaible," tuturnya di Jakarta, Sabtu (6/7/2019).
Dia pun mengungkapkan, hadirnya dompet digital di dalam negeri memang bertujuan untuk mendorong semakin meningkatnya gerakan nasional non-tunai (GNNT).
Selain itu, hal tersebut juga sejalan dengan visi pemerintah Indonesia dalam meningkatkan inklusi keuangan RI di tahun-tahun mendatang.
"Jadi lebih ke edukasi. Promo Ini mempercepat edukasinya. Jadi bagaimana mereka berpindah ke nontunai. Ini market yang pasti berpindah," terang dia.
Advertisement