Liputan6.com, Surabaya - Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang Jawa Timur, Suwarno menyatakan, ada beberapa faktor yang mengakibatkan hewan kurban menjadi stres dan menurunnya kualitas daging yang dihasilkan.
"Beberapa faktor itu adalah stres akibat transportasi, fisik, temperatur kelembaban, penyakit, dan pakan," kata pria yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Selasa (23/7/2019).
Suwarno menuturkan, transportasi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan stres pada hewan. Lantaran masih terdapat penjual yang mengirimkan hewan tanpa memperhatikan kenyamanan hewan selama perjalanan. Selain itu, lanjut Suwarno, jenis makanan yang tidak semestinya diberikan turut menjadi salah satu penyebab hewan menjadi stres.
"Kurangnya pengetahuan mengenai cara pengiriman hewan yang baik dan pemberian pakan yang tidak sesuai, itu bisa menjadi penyebab utama stres pada hewan," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Mengenai temperatur dan kelembaban ideal untuk menghindari stres pada hewan, Suwarno menyebut, suhu terlalu panas akan menyebabkan hewan menjadi hiperthermia. Sementara, suhu yang terlampau rendah dapat menyebabkan hipothermia pada hewan. Keduanya, lanjut Suwarno, juga bisa membuat hewan menjadi stres.
"Suhu yang disarankan pada saat persiapan sebelum penyembelihan antara 22-29 derajat celcius," ujar Suwarno.
Dia menambahkan, tingkat stres pada hewan sebelum penyembelihan dapat dilihat dari warna daging setelah melui proses pemotongan. Semakin hitam warna daging, menandakan hewan kurban dalam keadaan stres pada saat sebelum penyembelihan.
Selain tingkat stres, nilai pH juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas daging agar tetap baik. Salah satu iimbauan dari Suwarno adalah dengan tidak membiarkan daging terpapar udara terlalu lama.
"Salah satu cara menjaga pH daging tetap baik pada pH 7,0 -7,2 dengan meletakkan daging di tempat tertutup dengan sirkasi udara secukupnya," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Waspada Antraks Jelang Idul Adha, Hewan Kurban Harus Ada Surat Dokter
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia meminta masyarakat waspada terhadap antraks. Khususnya, jelang Idul Adha yang jatuh di 11 Agustus 2019.
"Biasanya yang ada setiap tahun adalah antraks yang kita khawatirkan, ada beberapa daerah yang harus dilakukan pemeriksaan lebih ketat," kata Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur Kesehatan Hewan Kementan pada ditemui di Jakarta, ditulis Selasa, 16 Juli 2019.
Dia juga mengatakan bahwa secara keseluruhan, pemeriksaan harus dilakukan pada semua hewan kurban. Hal ini untuk mencegah penyakit menular dari hewan ke manusia seperti antraks, bisa terjadi.
"Secara umum, hewan yang akan dilalu lintaskan harus diperiksa kesehatannya dan harus ada surat keterangan kesehatan dari dokter hewan," kata Fadjar kepada Health Liputan6.com.
Advertisement
Selanjutnya
Kementan menyatakan sudah melakukan beberapa langkah terkait pencegahan penyakit menular dari hewan ke manusia jelang Idul Adha.
"Kami sudah memberikan surat kepada dinas-dinas di daerah untuk bagaimana memeriksa calon hewan kurban yang baik dan sehat, yang bisa dijamin untuk pemenuhan kebutuhan pada hari raya kurban," kata
Fadjar mengungkapkan persyaratan utama hewan kurban untuk Idul Adha yang harus terpenuhi adalah harus terjamin kesehatannya.
"Kami harus menjamin agar hewan yang digunakan di hari raya kurban adalah hewan yang sehat," Fadjar menegaskan.
Dikutip dari Antara, Fadjar mengungkapkan beberapa ciri hwan kurban yang sehat. Beberapa di antaranya adalah pernapasan yang teratur, mampu berdiri tegak, serta tidak ada luka.
Selain itu, beberapa bagian tubuh yang harus diperhatikan antara lain bola mata yang harus terlihat bening, tidak ada pembengkakan, area mulut dan bibir bersih, lidah bergerak bebas, dan air liur cukup membasahi rongga mulut. Bagian anus juga harus bersih dan kotoran terlihat padat.