Cara Unik Warga Jambi Ciptakan Garam Sendiri

Marwiyah seorang ibu rumah tangga di Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, mampu memproduksi garam sendiri. Bagaimana caranya?

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 24 Jul 2019, 02:00 WIB
Tanaman nipah tumbuh subur di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Tanaman ini menjadi bahan baku pembuatan garam oleh warga di Desa Sungai Beras, Tanjab Timur. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Liputan6.com, Jambi - Marwiyah seorang ibu rumah tangga di Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, mampu memproduksi garam sendiri. Tapi siapa sangka garam yang diproduksi ini terbilang cukup langka karena berasal dari olahan pelepah batang nipah (Nypa fruticans). Bagaimana caranya?

Cara memproduksi garam nipah ini bermula saat Marwiyah mengikuti sebuah pelatihan kegiatan seniman pangan Javara, sebuah lembaga yang menciptakan inovasi produk pangan lokal. Singkatnya sepulang dari kegiatan pelatihan itu Marwiyah langsung bereksperimen membuat garam nipah.

"Awalnya tidak tahu kalau pelepah nipah bisa dijadikan garam, tapi setelah belajar dan dikasih tahu caranya saya mulai mencoba dan berhasil," kata Marwiyah kepada Liputan6.com belum lama ini.

Proses pertama dalam pembuatan garam nipah itu, Marwiyah mulai menebang pelepah nipah dan memisahkan dari daunnya. Pelepah-pelepah nipah kemudian dijemur hingga kering. Setelah mengering, pelepah nipah kemudian dibakar di atas wadah seng supaya abu hasil dari pembakaran pelepah mudah terkumpul.

Setelah melewati proses tersebut, abu hasil pembakaran itu kemudian direndam menggunakan air bersih. Dalam proses perendaman, abu dibiarkan mengendap selama waktu sehari semalam agar hasilnya maksimal.

Proses pengendapan ini sangat penting. Sebab, kata Marwiyah zat asin dari abu tersebut akan tercampur dengan air. Setelah proses ini, air hasil dari rendaman yang sudah mulai menunjukkan rasa asin itu mulai direbus menggunakan wadah panci hingga kering menjadi kerak dan menimbulkan zat padat garam.

"Merebus air hasil endapan abunya ini sampai kering atau sampai muncul kerak garam, dan kalau sudah kering garamnya tinggal dikerok dari tempat perebusan supaya garam yang dihasilkan menjadi halus," katanya.

Marwiyah menjelaskan, pernah membuat garam nipah dengan bahan baku 5 kilogram pelepah kering dan menghasilkan 2 ons garam. Sehingga, kesimpulannya kata dia, supaya bisa menghasilkan 1 kilogram garam maka dibutuhkan 25 kilogram pelepah nipah kering.

"Untuk bahan bakunya kami tidak kesulitan. Nipah di desa kami tumbuh tumbuh liar, dan nipah ini daunnya bisa untuk buat atap, lalu pelepahnya yang kita ambil untuk dijadikan garam," ujarnya.

Marwiyah mengaku tak ingin berhasil sendiri. Ia yang tergabung dalam kelompok PKK Desa Sungai Beras juga mengajarkan membuat garam nipah kepada perempuan lainnya di desa tersebut. Hal itu jika banyak kelompok perempuan yang memproduksi garam nipah diharapkan bisa mengangkat ekonomi keluarga.

"Sekarang kami sudah ada kelompoknya, dan beberapa kali mengikuti pameran pangan lokal. Kami mengangkat potensi garam nipah ini supaya lebih dikenal," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Khasiat Garam Nipah

Marwiyah seorang ibu rumah tangga di Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, mampu memproduksi garam sendiri dari daun nipah. (Liputan6.com/ Gresi Plasmanto)

Garam Nipah diklaim Marwiyah memiliki khasiat dapat menurunkan darah tinggi dan menekan kolestrol karena bahan bakunya berasal dari tanaman organik. Nipah selain kaya protein, kalium dan magnesium juga memiliki zat anti kanker dan layak untuk dikonsumsi.

"Kalau masak pakai garam nipah ini tidak perlu menambahkan micin (campuran penyedap rasa) karena saya sudah coba dan enak rasa masakannya," ujar Marwiyah, ibu empat anak itu.

Sementara itu, Dosen Agroteknologi Universitas Jambi Dr Ahmadi Saad menjelaskan perbedaan garam nipah dengan garam yodium. Unsur yang terdapat pada garam nipah memiliki perbedaan dengan unsur kimia yang terdapat pada garam biasanya yang dihasilkan dari laut.

Proses terjadinya pembentukan garam nipah kata Ahmadi, berasal dari abu pelapah nipah yang sudah dibakar itu akan meninggalkan zat besi (Fe), magneisum (Mg), natrium (Na) dan kalium (K). Zat-zat kimiawi seimbang dari pelepah nipah tersebut yang akan menjadi serbuk garam.

"Jadi jelas berbeda antara garam nipah dan garam laut, garam biasa yang berasal dari penguapan air laut memiliki zat dominan natrium klorida dan asam sulfat," katanya menjelaskan.

Saat ini karena masih jarang yang memproduksi, sehingga harga jual garam nipah pun terbilang cukup mahal atau mencapai Rp150.000 per kilogram. Di Indonesia hingga kini baru ada dua provinsi yang bisa mengembangkan garam nipah, yakni Papua dan Jambi.

"Sekarang di Jambi memang kita lihat masih dalam proses awalnya saja, tapi kedepannya yang harus dilihat ini adalah proses terakhirnya (pemasaran) bagaimana. Garam nipah ini harganya mahal, jadi pasarnya juga harus diciptakan oleh pemerintah," kata Ahmadi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya