Liputan6.com, Riau - Hampir dua tahun buron, residivis kelas kakap bernama Satriandi mengembuskan nafas terakhir setelah diterjang timah panas polisi. Dia tersungkur di rumah mertuanya di Jalan Sepakat, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Satriandi selama ini punya sederet catatan kriminal di Pekanbaru, mulai dari dipecat dari kepolisian karena terlibat kasus narkoba, menjadi bandar narkoba, membunuh, dan kabur dari Lapas Pekanbaru pada November 2017 silam.
Baca Juga
Advertisement
Kapolda Riau Inspektur Jenderal Widodo Eko Prihastopo menerangkan, pria kelahiran 1988 yang pernah bertugas di Polres Rokan Hilir itu sudah diintai Direktorat Reserse Polda Riau selama tiga hari.
Tepat pukul 06.00 WIB Selasa, 23 Juli 2019, beberapa polisi mulai masuk ke pekarangan rumah tempat Satriandi bersembunyi bersama dua temannya. Tahu dirinya diintai, Satriandi mengambil senjata api dan membagikan kepada kedua temannya.
"Dia menembak duluan setelah diperingatkan petugas untuk menyerah," kata Widodo di Mapolda Riau, Selasa siang.
Adu senjata antara polisi dan pria yang pernah melompat dari lantai delapan kamar hotel ini tak terelakkan. Satu polisi, Lius Mulyadin terkena tembakan di bahu kanannya.
Usai melumpuhkan satu polisi, Satriandi dan dua temannya, Ahmad Royan dan Randi Novrianto kabur lewat pintu belakang rumah. Mereka berusaha memanjat tembok yang berbatasan langsung dengan sebuah sekolah.
Beberapa polisi berusaha mengejar dan melihat ada kesempatan hingga akhirnya menembak Satriandi dan Ahmad Royan. Beberapa peluru menembus badan keduanya hingga akhirnya tewas di lokasi.
"Yang masih hidup dan masih diperiksa intensif hingga sekarang berinisial RN (Randi Novrianto)," sebut Widodo.
Sulit Dilacak Keberadaannya
Menurut Widodo, tindakan tegas yang dilakukan anggotanya sudah tepat. Pasalnya, Satriandi bukan penjahat biasa dan merupakan musuh negara karena juga berprofesi sebagai bandar narkoba.
"Lebih baik dia yang kita rusak, dari pada generasi bangsa yang dirusaknya," sebut mantan Wakil Kapolda Jawa Timur ini, didampingi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau Komisaris Besar Hadi Poerwanto.
Selama masuk daftar buruan polisi, Satriandi sangat licin sehingga susah dilacak keberadaannya. Satriandi diduga kabur ke berbagai daerah hingga luar negeri berdasarkan temuan delapan paspor di rumah persembunyiannya.
Dalam pelariannya, Satriandi diduga masih aktif mengendalikan bisnis narkoba. Hal ini diperkuat dengan temuan beberapa pembungkus narkoba, berupa plastik dan timbangan digital.
"Namun sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Dan hari ini jatuhnya," tegas Widodo.
Hingga kini, polisi masih melacak siapa saja teman Satriandi lainnya dalam mengendalikan bisnis narkoba. Polisi juga masih mengusut siapa saja yang berperan melindungi Satriandi hingga susah dilacak keberadaannya selama ini.
"Ini kan baru pengungkapan, belum diperiksa komunikasi di teleponnya. Nanti ditelusuri semuanya," tambah Komisaris Besar Hadi Poerwanto.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement