Perjalanan Hidup Sang Profesor Seni dalam Bali: Beats of Paradise

Film Bali: Beats of Paradise akan tayang di Indonesia pada akhir Agustus 2019 mendatang. Kisah hidup sang profesor seni kelahiran Bali menjadi inspirasi cerita film tersebut.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 23 Jul 2019, 21:04 WIB
Nyoman Wenten, pengajar seni Indonesia yang 40 tahun bekerja di AS dan menginspirasi film Bali: Beats of Paradise. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Nyoman Wenten mungkin tak banyak diketahui orang Indonesia. Tapi, kisah hidupnya menarik perhatian sutradara Livi Zheng untuk diangkat dalam film Bali: Beats of Paradise.

Lelaki kelahiran 15 Juni 1945 itu menghabiskan masa kecil di Pulau Dewata. Ditinggalkan ibu selama-lamanya saat usianya masih sangat muda, Wenten menghibur diri dengan menari.

Anak ke-3 dari empat bersaudara itu menyebut tarian bisa menghibur kesepian yang dirasakannya. Suara gamelan Bali lah yang mengiringi gerakan tubuhnya.

"Itu sangat mendorong saya belajar seni lebih mendalam," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Setelah lulus SMA, ia memutuskan melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Institut Seni Indonesia menjadi pilihannya. Ia belajar beragam kesenian, termasuk mendalami gamelan, hingga berkesempatan meraih beasiswa untuk studi di Amerika Serikat.

Setelah tujuh tahun menetap di Yogya, ia pun pindah ke Negeri Paman Sam. Ilmunya semakin terasah sampai ia ditawari untuk mengisi summer school. Pintu untuk mengenalkan seni Indonesia makin terbuka sejak saat itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Banjir Peminat

Promosi film Bali: Beats of Paradise. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Demi kuliah di AS, Wenten meninggalkan keluarganya di Pulau Bali. Tawaran yang menggiurkan mendorongnya menetap lebih lama di AS. Utamanya setelah ia bekerja di dua kampus ternama sekaligus, Departemen Ethnomusikologi UCLA dan California Institute of the Arts untuk bidang World Music.

Meninggalkan Indonesia 40 tahun lamanya itu terbayar saat bisa menarik banyak peminat ke kelasnya. "Tiap semester, ada seratus mahasiswa yang mendaftar untuk belajar seni Indonesia," katanya.

Latar belakang mahasiswanya beragam. Tak hanya seni, tetapi juga kedokteran dan psikologi. Kewarganegaraannya juga variatif, termasuk orang Indonesia yang belajar di AS. Wenten bahkan mengaku harus mengaudisi calon muridnya sebelum diterima di kelas tersebut.

"Diajari caranya sebentar, kemudian mereka langsung praktik," ujarnya.

Perjalanan hidup lelaki yang akrab disapa Prof itu dalam waktu dekat bisa disaksikan di film Bali: Beats of Paradise. Setelah diputar di AS dan sejumlah negara lain, film tersebut akan naik layar di Indonesia pada 22 Agustus 2019.


Sarana Promosi

Livi Zheng mengisi jumpa pers penayangan film Bali: Beats of Paradise di Kementerian Pariwisata. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Livi Zheng, sang sutradara, mengatakan tak hanya sosok Wenten yang menarik perhatian, ada pula sosok Judith Hill yang dikenal sebagai peraih Grammy Award 2015 untuk kategori Best Music Film. Judith ikut membintangi film garapannya, bahkan juga membuat musik bersama Wenten.

"Dia sedang mencari musikus gamelan Bali. Sahabat Judith Hill yang juga mengenal saya akhirnya mempertemukan kami berdua. Saya memberi tahu Judith sedang mengerjakan film dokumenter Bali: Beats of Paradise. Dia malah tertarik untuk menbintangi film ini," tuturnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Nia Niscaya mewakili Menteri Pariwisata mengatakan bahwa film garapan Livi Zheng bertajuk Bali: Beats Of Paradise merupakan salah satu bentuk promosi yang bisa diterima oleh seluruh golongan masyarakat.

"Dari perspektif pariwisata, film merupakan alat komunikasi untuk mempromosikan keindahan destinasi wisata kepada dunia. Seperti kita tahu, keindahan alam dan keberagaman budaya merupakan salah satu daya tarik pariwisata Indonesia," kata Nia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya