Siapa Saja yang Berisiko Tinggi Terserang Hipotermia?

Ada orang yang berisiko tinggi terserang hipotermia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 24 Jul 2019, 15:30 WIB
Seorang wanita melintasi jembatan milenium saat hujan salju turun di London (27/2). Cuaca ekstrem yang melanda sebagian wilayah Eropa menyebabkan warga dan wisatawan mengalami sakit dan beberapa meninggal akibat kedinginan. (AFP Photo/Daniel Leal-Olivas)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi hipotermia yang ditandai dengan tubuh kehilangan panas secara cepat dapat menyerang siapa saja yang terpapar suhu dingin ekstrem. Namun, dalam berbagai kasus, ada orang-orang tertentu yang berisiko tinggi terserang hipotermia.

Direktur Medis Mater Dei Walter Busuttil menyoroti, kasus-kasus hipotermia memengaruhi sebagian besar para lanjut usia (lansia). Ia menjelaskan, anak-anak kecil juga lebih mungkin terserang hipotermia.

"Anak-anak punya luas permukaan tubuh yang besar dibandingkan dengan berat badan mereka. Jadi, mereka kehilangan panas dengan sangat cepat," jelas Busuttil, dikutip dari Independent, Rabu (24/7/2019).

Untuk mencegah bayi mengalami hipotermia, biasanya mereka dimasukkan ke dalam inkubator agar tetap hangat. Lansia yang terpapar penyakit tertentu seperti hipertiroidisme, yang memperlambat tiroid, juga berisiko lebih tinggi menderita hipotermia.

"Orang lansia cenderung tidak berolahraga. Mereka mungkin tinggal di rumah saja dan tidak melakukan banyak hal. Mereka lebih mungkin terkena influenza atau infeksi dada, yang berujung hipotermia," tambah Busuttil.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Lansia yang Tinggal Sendirian

Tahir, Suami Nuru yang terus bekerja keras sebagai pemanjat dan pemungut kelapa meski sudah renta. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Kasus yang sangat buruk, menurut Busuttil, ketika lansia yang tinggal sendirian pingsan di lantai dan tidak bisa bangun. Ia bisa berbaring di lantai yang dingin untuk waktu yang lama, sebelum seseorang datang untuk menolongnya.

"Pada saat itu, lansia akan menderita hipotermia setelah terkena suhu dingin," ujar Busuttil.

Selain lebih rentan terhadap penyakit, banyak lansia yang tinggal selama musim dingin atau salju tidak menyalakan pemanas apa pun. Ini karena kenaikan tagihan gas atau listrik.

Busuttil menyarankan, membeli pakaian termal. Jika tinggal di rumah pada cuaca dingin ekstrem, tindakan kecil seperti menyalakan pemanas dapat mengurangi risiko hipotermia.


Stabilkan Suhu Tubuh dengan Perlahan-lahan

Stabilkan suhu tubuh orang yang hipotermia perlahan-lahan.

Dalam menangani pasien hipotermia, Busuttil mengobatinya perlahan dan menstabilkan suhu tubuh. Berikan selimut hangat yang menjaga suhu tubuh pasien dan jenis peralatan yang disebut Bair hugger. Alat ini berupa kipas terpasang di dalam selimut yang akan meniupkan udara hangat di selimut untuk menghangatkan tubuh pasien.

Jika Anda meningkatkan suhu tubuh secara drastis dan cepat, maka itu akan menempatkan pasien dalam situasi yang lebih berbahaya dan mengancam jiwa. Dalam kasus terburuk, risiko masalah jantung terjadi. Cara menaikkan suhu tubuh pun dilakukan perlahan-lahan.

Ketika suhu tubuh turun, orang harus mengenakan pakaian hangat, minum cairan hangat, menambah asupan karbohidrat dan berolahraga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya