Liputan6.com, Jakarta - Microsoft mengumumkan upaya pemindahan pusat data LinkedIn ke Azure yang juga merupakan salah satu produk Microsoft.
Data sekitar 645 juta pengguna LinkedIn akan dipindahkan selama beberapa tahun. Hal itu bertujuan untuk tetap menjaga aksesibilitas, keandalan dan performa layanan jejaring profesional tersebut
Advertisement
"Kami pikir mungkin setidaknya kami perlu waktu tiga tahun hingga kami selesai, mungkin juga lebih lama dari itu," kata Mohak Shroff, SVP of Engineering di LinkedIn, dikutip dari Venture Beat, Kamis (25/7/2019).
Pemindahan data sengaja dilakukan secara bertahap. Menurut Shroff, "Kami akan melihat peningkatan beban kerja pada Azure dari waktu ke waktu, dengan titik belok yang cukup signifikan, sekitar satu setengah tahun, dua tahun dari sekarang. Dan kemudian (dilakukan) semacam pos pemindahan yang dipercepat."
Pusat Data dan Karyawan LinkedIn
Selain pusat data perusahaan di California, LinkedIn memiliki tiga pusat data lainnya di A.S. (Texas, Virginia, dan Oregon) dan satu pusat data di Singapura. Sebagai imbas dari upaya pemindahan pusat data ke Azure, keempat pusat data itu kemungkinan tidak akan lagi dipergunakan.
"Nasib keempat pusat data itu masih belum jelas," kata Shroff. Namun, lanjut Shroff, LinkedIn mungkin akan mengosongkan mereka semua.
"Dalam beberapa kasus, kami mungkin menemukan kegunaan baru untuk pusat data tersebut. Semua aktivitas kami yang saat ini terjadi di pusat data kami sendiri akan berpindah ke Azure," tutur Shroff.
LinkedIn juga tidak mengharapkan PHK sebagai konsekuensi dari upaya ini.
"Kami memiliki pusat data kami sendiri. Kami memiliki orang-orang yang bekerja di pusat data tersebut. Untuk masa mendatang, kami masih membutuhkan orang-orang ini," kata Shroff.
(Why/Ysl)
Advertisement