Deretan Cerita di Balik Hari Raya Galungan dan Kuningan

Diharapkan pada Hari Raya Galungan, pikiran yang suci dan bersih dapat menghilangkan semua pengaruh yang membawa dampak negatif.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2019, 18:06 WIB
Hari Raya Galungan (Foto: SONNY TUMBELAKA / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Umat Hindu Dharma di Bali merayakan Hari Raya Galungan. Peringatan ini dirayakan selama 10 hari mulai dari 22 Juli hingga 3 Agustus 2019.

Beragam peringatan berupa acara adat dan keagamaan berlangsung sepanjang Galungan. Hari Raya Galungan akan disusul dengan Hari Raya Kuningan pada 10 hari kemudian.

Umat Hindu di Bali merayakan Galungan setiap 210 hari dengan menggunakan penghitungan kalender Bali. Peringatan hari raya ini merupakan bentuk peringatan kemenangan dharma atau kebaikan, melawan adharma atau kejahatan.

Galungan dapat dimaknai sebagai bentuk keheningan atas kemakmuran dan kesejahteraan yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Galungan merupakan tangga menuju kehidupan yang lebih bersih.

Diharapkan pada perayaan ini, pikiran yang suci dan bersih dapat menghilangkan semua pengaruh yang membawa dampak negatif.

Umat Hindu di Bali pun merayakannya dengan semarak, mulai dari umat Hindu pria, wanita, dan anak-anak. Mereka semua mengenakan baju adat berupa kebaya yang didominasi warna putih.

Biasanya, para wanita akan menjujung sajen saat Hari Raya Galungan. Mereka akan pergi beribadah ke pura atau tempat suci keluarga untuk mengadakan persembahyangan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hari Raya Kuningan

Umat Hindu berdoa saat perayaan Kuningan di sebuah pura di Pulau Serangan, Denpasar, Bali, Sabtu (20/2). Kuningan merupakan hari terakhir perayaan Galungan diyakini menjadi hari kekuasaan roh suci leluhur kembali ke langit. (AFP PHOTO/SONNY Tumbelaka)

Hari Kuningan merupakan hari besar bagi hari Galungan sebagai kemenangan dharma melawan adharma yang pemujaannya ditujukan kepada para Dewa dan Pitara agar turun melaksanakan pensucian serta mukti, atau menikmati sesajen-sesajen yang dipersembahkan.

Kemenangan dharma atas adharma yang telah dirayakan setiap Galungan dan Kuningan hendaknya diserap dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Hari Raya Kuningan atau sering disebut Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu, Kliwon, wuku Kuningan. Pada hari itu, mereka memasang tamiang, kolem, dan endong.

Tamiang adalah simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra dan disimbolkan sebagai penolak marabahaya. Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa dan sebagai simbol tempat peristirahatan Hyang Widhi, para Dewa, dan leluhur.

Sedangkan endong adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh para Dewata dan leluhur saat berperang melawan adharma.

Endongan digunakan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi. Tamiang kolem dipasang pada semua palinggih, bale, dan pelangkiran. Sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.

Tujuan pelaksanaan upacara kuningan ini adalah untuk memohon kesentosaan, kedirgayusan, serta perlindungan dan tuntunan lahir dan batin.

Tradisi ini merupakan simbol persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal agar diberi tempat yang layak di alam sana. Secara niskala (tidak nyata) kita memberikan sesajen dan secara skala (nyata) kita memberikan uang sebagai bentuk nyata.

Keunikan hari raya Kuningan selain penggunaan warna kuning adalah yaitu persembahyangan harus sudah selesai sebelum pukul 12.00 siang (tengai tepet).

Sebab menurut umat Hindu, persembahan dan persembahyangan setelah pukul 12.00 hanya akan diterima Bhuta dan Kala karena para Dewata semuanya telah kembali ke Kahyangan.

 


Fakta Galungan dan Kuningan

Suasana Keramaian umat Hindu sebelum berdoa selama perayaan Kuningan di sebuah pura di Pulau Serangan, Denpasar, Bali, Sabtu (20/2). Kuningan merupakan hari terakhir dari perayaan Galungan. (AFP PHOTO/SONNY Tumbelaka)

Berikut ada 6fakta soal Hari Raya Galungan dan Kuningan:

1. Hari Galungan dan Kuningan dirayakan umat Hindu terutama di Bali setiap 210 hari.

2. Hari Galungan dirayakan sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

3. Makna hari raya kuningan adalah memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.

4. Makanan khas yang ada saat hari Raya Galungan dan Kuningan adalah Lawar.

5. Ciri khas Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah penjor. Yakni bambu yang melengkung di bagian ujungnya, yang dihiasi dengan daun aren muda, janur, dedaunan, dan gantungan yang disebut sampian.

6. Proses nyekeb buah-buahan, penyajaan atau dua hari sebelum Galungan, prosesi membuat jaja atau kue. Satu hari jelang Galungan yakni penampahan, di mana umat Hindu disibukkan dengan persiapan masak-memasak hingga membuat penjor.

 


Makanan Khas Bali saat Galungan

Umat Hindu meletakkan sesajen saat hendak berdoa selama perayaan Kuningan di sebuah pura di Pulau Serangan, Denpasar, Bali, Sabtu (20/2). Kuningan merupakan hari terakhir dari perayaan Galungan. (AFP PHOTO/SONNY Tumbelaka)

Sebelum Hari Raya Galungan, tentunya ibu-ibu akan sibuk menyiapkan perayaan hari suci ini, termasuk salah satunya menyiapkan makanan. Mereka pun pastinya memasak makanan khas Bali.

Seperti lawar. Lawar merupakan hidangan daging cincang yang dicampur dengan sayuran. Makanan ini biasanya dibuat dari daging ayam, kerbau, bebek, maupun babi.

Lawar biasanya menggunakan daging babi karena selalu identik pada setiap perayaan Hari Raya Galungan. Lawar dapat dicampur dengan kelapa, kacang, maupun nangka muda.

Menariknya, mengadon lawar ini harus dikerjakan bersama-sama. Karenanya, tradisi ngelawar merupakan simbol kebersamaan dan gotong royong. Ada bagian mencincang bumbu, kelapa parut, ada juga yang mencincang daging dan kulit babi.

Tentu, pada hari penampahan ini dari laki-laki dan perempuan serta anak-anak dan orang tua kumpul bersama untuk memasak.

Tidak hanya lawar saja yang menjadi mmakanan khas pada saat perayaan galungan, tetapi terdapat juga seperti, Kue Beras, Tape Ketan, Brengkes dan Balung.

 


Peran Penting Wanita saat Galungan dan Kuningan

Di hari raya Galungan, orang-orang bersembahyang di pura. (dok. Instagram @dondiegoraimondo/https://www.instagram.com/p/BdgEGlIAdp1/Esther Novita Inochi)

Pada penyambutan Hari Raya Kuningan, para perempuan sepekan menjelang Galungan sudah mulai mempersiapkan diri membuat rangkaian janur dan kue kering untuk kelengkapan ritual.

Dalam kehidupan sosial, wanita di Bali mengemban tugas penting untuk menyukseskan berbagai kegiatan ritual dan upacara adat, termasuk Galungan dan Kuningan.

Wanita di Bali tidak bekerja sendirian, mereka dibantu suami dan anggota keluarganya masing-masing. Namun, aktivitas yang paling menonjol ialah peran para ibu.

Dalam menyukseskan perayaan hari suci tentunya harus saling bantu membantu dan kerja sama agar pelaksanaan hari suci dapat mewarnai makna dari hari tersebut.

 

Reporter: Desti Gusrina

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya