Indonesia Kejar Peningkatan Kerja Sama Infrastruktur dengan Afrika

Potensi kerja sama proyek infrastruktur dengan Afrika menjadi salah satu prioritas kebijakan luar negeri pemerintah Indonesia saat ini.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 24 Jul 2019, 19:20 WIB
Ilustrasi infrastruktur. (Liputan6.com / Pebrianto Eko Wicaksono)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya peningkatan potensi kerja sama proyek infrastruktur dengan kawasan Afrika menjadi salah satu prioritas kebijakan luar negeri pemerintah Indonesia saat ini.

Demi menggali potensi semaksimal mungkin, RI akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Indonesia Africa Infrastructure Dialogue 2019 (IAID 2019), tanggal 20-21 Agustus di Bali. Setidaknya 700 peserta perwakilan pemerintah dan perusahaan dari 53 negara Afrika dan Indonesia akan menghadiri acara.

"Tahun ini kita ingin fokus ke infrastruktur," kata Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi kepada wartawan, selepas membuka Afternoon Tea Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue 2019 di Kemlu RI, Rabu (24/7/2019).

Agenda tersebut --yang dihadiri perwakilan diplomatik negara Afrika untuk Indonesia, BUMN, Eximbank Indonesia, dan perusahaan swasta-- merupakan ancang-ancang jelang IAID 2019 mendatang.

"Kita mencatat dengan baik harapan dan keinginan mereka untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Indonesia," lanjut Retno.

"Selama pembicaraan, kita sampaikan bahwa jika Anda bermitra dengan Indonesia, kami adalah mitra paling tepercaya dan jujur untuk Anda," ungkap Retno.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan, yang hadir dalam agenda sore itu mengatakan, Indonesia ingin membuka bidang pasar baru di Afrika, agar geliat ekonomi antara kedua negara tak hanya berfokus pada aspek "pasar tradisional" semata.

"Afrika punya kobalt. Indonesia punya bijih nikel. Ini bisa kita kawinkan dengan mendirikan smelting di tempat cost yang murah, misalnya, hydropower ... Atau coal mining," jelas Luhut.

"Kita buat bentuk kerja sama ini saling menguntungkan kedua belah pihak dan prinsip pelestaria lingkungan."

Inisiatif penyelenggaraan IAID 2019 beranjak dari kesuksesan Tanah Air dalam menyelenggarakan Indonesia Africa Forum 2018. Forum tahun lalu berhasil menjaring 586 juta USD dalam nilai investasi dan perdagangan dengan Afrika.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Prioritas Tiga Pilar

Kemampuan APBN untuk 2020–2024 diproyeksikan hanya mampu memenuhi 30 persen kebutuhan anggaran untuk penyediaan infrastruktur sebesar Rp 2.058 triliun. (Liputan6.com/JohanTallo)

Menlu Retno menambahkan, Indonesia menekankan tiga pilar utama dalam memperdalam kerja sama ekonomi dengan negara-negara kawasan Afrika.

"Pertama, kita lihat dulu hambatan perdagangan investasi kita dengan Afrika," kata Retno yang menambahkan bahwa solusi atas barrier itu "sudah kita bahas bersama, dengan beberapa negosiasi yang hampir selesai."

Solusi berkisar pada opsi-opsi pembentukan preferential trade agreement (PTA), free trade agreement (FTA), ataupun comprehensive economic partnership agreement (CEPA).

Pilar kedua adalah dengan meningkatkan presensi diplomasi Indonesia di Afrika.

"Afrika besar, kita tak memiliki duta besar untuk semua negara di sana. Sejak tahun lalu, saya minta kepada Dubes di sana untuk mengusulkan ke Jakarta guna membuka konsul kehormatan di negara tertentu. Kalau kita lihat jumlah, terjadi peningkatan 70 persen kenaikan presensi diplomatik RI di Afrika. Presensi ini bisa dijadikan alat untuk meningkatkan engagement di Afrika," jelas Retno.

Barulah pada pilar ketiga, bisnis.

"Setelah semua dilakukan, masyarakat akan mencari, mana bisnisnya. Maka, kita membawa BUMN dan swasta dengan melalui inisiasi kegiatan seperti IAID 2019," jelasnya.

"Tahun ini akan ada beberapa deal bisnis. Masih belum diumumkan karena masih on-progress, semuanya. Insha Allah akan ada beberapa bisnis deal lagi untuk IAID 2019."

"Kalau maju terus, bisa jadi hubungan yang lebih baik lagi dengan Afrika," tutup Retno.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya