Star ball memproyeksikan pergerakan galaksi di ruang pertunjukan Planetarium Jakarta, Rabu (24/7/2019). Pertunjukan Planetarium dan Observatorium Jakarta terancam tutup akibat perusahaan teknologi Carl Zeiss tidak lagi menjual suku cadang utama, dimmer dan star ball. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Teknisi memeriksa proyektor bintang sebelum dioperasikan jelang pertunjukan di Planetarium Jakarta, Rabu (24/7/2019). Tutupnya perusahaan penyedia suku cadang Planetarium dan Observatorium Jakarta membuat pertunjukan hanya digelar dua kali dari biasanya tujuh kali sehari. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Star ball memproyeksikan pergerakan galaksi di ruang pertunjukan Planetarium Jakarta, Rabu (24/7/2019). Pertunjukan Planetarium dan Observatorium Jakarta terancam tutup akibat perusahaan teknologi Carl Zeiss tidak lagi menjual suku cadang utama, dimmer dan star ball. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Kondisi bangku penonton yang tidak terawat terlihat di ruang pertunjukan Planetarium Jakarta, Rabu (24/7/2019). Selain masalah suku cadang alat utama, tidak terawatnya fasilitas menyebabkan jumlah pengunjung Planetarium dan Observatorium Jakarta semakin sepi. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Pengunjung melihat koleksi di ruang pameran Planetarium Jakarta, Rabu (24/7/2019). Tutupnya perusahaan penyedia suku cadang Planetarium dan Observatorium Jakarta membuat pertunjukan hanya digelar dua kali dari biasanya tujuh kali sehari. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Penampakan gedung Planetarium Jakarta, Rabu (24/7/2019). Selain masalah suku cadang alat utama, tidak terawatnya fasilitas menyebabkan jumlah pengunjung Planetarium dan Observatorium Jakarta semakin sepi. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)