Cerita Ayah Bocah Kembar Siam, Menanti Donor Hati untuk Sang Buah Hati

Ayah bayi kembar siam di Kendari, Jayasrin, harus banting tulang dengan menjadi buruh tani demi menghidupi keluarganya dan mengumpulkan uang untuk biaya operasi pemisahan sang buah hati.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 25 Jul 2019, 15:00 WIB
Dua bayi kembar siam asal Kendari, Aqila Dewi Sabila dan Azila Dewi Sabrina.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Jayasrin (25), tak pernah menyangka bakal dikaruniai dua bocah kembar siam lucu, Maret 2018 lalu. Melalui operasi sesar, istrinya Selvina Dewi (20) melahirkan bayi mereka di RS Kota Kendari.

Sejak saat itu, dia dan kedua anaknya mulai banjir simpati. Kebanyakan datang dari warga sekitar yang kehidupannya sederhana. Setahun sejak lahir dengan kondisi tubuh menyatu, balita mereka belum banyak berubah.

Aqila Dewi Sabila dan Azila Dewi Sabrina, masih beraktivitas dengan saling menempel satu sama lain. Menurut pemeriksaan dokter, keduanya hanya memiliki satu organ hati saja, sedangkan organ lainnya normal.

Jika keduanya dipisahkan melalui operasi, maka salah satunya tak memiliki hati. Solusinya, harus ada cangkok hati dari pendonor yang entah oleh siapa.

Tim dokter berusaha melakukan operasi bayi kembar siam. Karena keterbatasan alat di Kendari keduanya hanya bisa menunggu janji operasi di RSU DR Soetomo, Surabaya.

Selama setahun lebih menunggu, Jayasrin menceritakan perjalanan hidupnya yang kerap berganti-ganti pekerjaan untuk membiayai keluarga, mulai dari sopir taksi online, sopir truk hingga buruh panggilan.

Semuanya dilakoni untuk kebutuhan istri dan kedua anaknya. Bagi seorang buruh, memiliki dua bayi kembar siam bukan urusan gampang, apalagi untuk membeli susu dan popok.

"Saya pernah bawa grab, bawa mobil truk. Tapi, kemudian berhenti karena mobil milik orang lain dan pekerjaan sebagai sopir truk itu musiman," ujar Jayasrin.

Dia menambahkan, istrinya cukup kesulitan merawat kedua anaknya, karena tak seperti kembar normal pada umumnya.

"Harus digendong berdua tak bisa satu-satu kan, mereka menyatu jadi istri kewalahan," ujar Jayasrin.

Berat kedua anaknya yang makin bertambah, membuat istrinya kadang kelelahan. Jayasrin pun memilih keluar dari pekerjaannya dan memilih membantu istrinya di rumah.

"Kadang capek juga, apalagi kalau mereka rewel. Saya kadang senang, tapi kalau bayi kembar siam sudah minta gendong sampai berjam-jam, kadang saya kelelahan," ujar ibu kembar siam, Selvina Dewi.


Pulang Kampung Jadi Buruh

Kedua orang tua bayi kembar siam di Kendari, Jayasrin dan Selvina Dewi.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Jayasrin sudah setahun menunggu operasi, tetapi belum ada kejelasan. Hingga hari ini, sudah beberapa kali kedua anaknya dijanjikan untuk menjalani operasi pemisahan.

Uang yang dimilikinya juga makin menipis. Meskipun, beberapa waktu lalu dia mendapatkan bantuan dari warga hingga hampir Rp100 juta.

"Biaya operasi Rp1 miliar lebih. Saya pusing, mau dapat dari mana uang itu," ujar Jayasrin.

Jayasrin pun berniat pulang ke kampungnya di perbatasan Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara. Di sana, dia akan mencoba peruntungan menjadi buruh pemetik cengkih.

Beberapa pemilik kebun sudah menghubunginya untuk bekerja memetik cengkih. Kata dia, menjadi buruh pemetik cengkih diharapkan bisa menghidupi keluarganya sementara.

"Tanaman cengkih warga di sana mau panen ini, saya coba cari usaha kerja dulu," kata Jayasrin.

Dia merinci, upah memetik satu liter cengkih sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu. Dalam sehari, dia bisa memetik hingga 30 liter.

"Kalau saya bisa bertahan beberapa minggu, mungkin bisa ada tambahan uang bagi keluarga," ujarnya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya