Jaga Inflasi, Gubernur BI Minta Pemda Adaptasi Teknologi Informasi

Adaptasi dalam inovasi merupakan salah satu kunci penting dalam menjaga pengendalian inflasi yang kini berada pada kisaran 3 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 25 Jul 2019, 14:00 WIB
Seorang pedagang memasukan bumbu masak di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (3/1). Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 3,61%. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, adaptasi dalam inovasi merupakan salah satu kunci penting dalam menjaga pengendalian inflasi yang kini berada pada kisaran 3 persen.

Inovasi yang dimaksud di sini merupakan inovasi teknologi informasi atau digital yang kini banyak dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan.

"Kami melihat dengan pengendalian inflasi di berbagai daerah sudah terjadi inovasi-inovasi penggunaan teknologi digital di dalam pengendalian inflasi," ujar Perry di Jakarta, Kamis (25/7/2019).

Dia mengatakan, pemakaian inovasi teknologi informasi guna mendukung pengendalian inflasi saat ini sudah digalakkan di berbagai daerah. Perry menyebutkan, upaya ini kemudian bisa coba diadaptasikan ke daerah lainnya.

"Inovasi penggunaan teknologi informasi di berbagai daerah ini bisa kita replikasikan dari satu daerah ke daerah lain sehingga dapat berskala nasional. Itu akan jadi kunci kesuksesan pengendalian inflasi ke depan," tuturnya.

Secara implementasi, ia mengutarakan, salah satu bentuk inovasi terkait teknologi informasi dapat diterapkan untuk dapat lebih menghubungkan antara petani dan konsumen.

"Saya yakin inovasi bidang teknologi informasi mata rantai dari petani sampai ke konsumen bisa kita pendekkan. Secara manfaat dan nilai tambah juga itu akan lebih banyak ke petani, bukan kepada pedagang di dalam mata rantai," tukas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BPS: Inflasi Juni 2019 Tembus 0,55 Persen

Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juni 2019 sebesar 0,55 persen. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas. 

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Juni 2019 mencapai 2,05 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar  3,28 persen.

"Adanya kenaikan dari hasil pemantauan di 82 kota di bulan Juni 2019 terjadi inflasi 0,55 persen," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin (1/7/2019).  

Dia mengungkapkan, dari 82 kota IHK yang dilakukan pemantauan, sebanyak 76 kota mengalami inflasi. Sedangkan 6 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi dialami di Manado sebesar 3,60 persen, sedangkan terendah yaitu Singaraja sebesar 0,02 persen.

Sementara untuk deflasi tertinggi dialami Tanjung Pandan sebesar -0,41 persen dan deflasi terendah di Jayapura -0,08 persen.

"Dengan perhatikan inflasi ini masih berada di bawah target pemerintah. ini termasuk kendali karena berbagai program yang dilakukan pemerintah," pungkasnya

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi Juni 2019 akan berada di kisaran 0,45 persen. Prediksi ini berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan BI.

"Jadi SPH di Minggu terakhir, inflasi di 0,45 persen itu month to month. 3,21 persen year on year," kata Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 28 Juni 2019.

Menurut dia, hal tersebut menunjukkan, kinerja inflasi masih terjaga rendah. Selain itu, juga menunjukkan bahwa daya beli masyarakat yang terjaga. "Artinya tetap terjaga daya beli masyarakat, inflasinya juga cukup rendah," urai dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya