Ini Saran KEIN Kembangkan 10 Bali Baru

Ketua Pokja Industri Pariwisata KEIN, Dony Oskaria menyatakan, ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum mengucurkan anggaran pembangunan destinasi baru.

oleh Athika Rahma diperbarui 25 Jul 2019, 15:45 WIB
Sebagai salah satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau “Bali Baru”, Kepulauan Seribu kini semakin nyaman dan rapi.

Liputan6.com, Jakarta - Membangun destinasi pariwisata baru tidaklah mudah. Butuh perencanaan dan pertimbangan yang matang agar ekosistem destinasi bisa mapan dan terbukti mendatangkan traffic atau kunjungan.

Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) sekaligus Ketua Pokja Industri Pariwisata KEIN, Dony Oskaria menyatakan, ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum mengucurkan anggaran pembangunan ke destinasi baru. Hal tersebut harus dilakukan agar anggaran yang mengalir tidak terbuang sia-sia.

Contohnya seperti penciptaan 10 destinasi baru atau 10 Bali Baru, begitu pula dengan pengerucutan Bali Baru jadi 4 destinasi superprioritas.

Rencana tersebut memang perlu diapresiasi, namun jika tujuannya ingin mendapatkan jumlah kunjungan dan devisa dalam waktu singkat, maka harusnya destinasi yang telah mapan yang dioptimalkan.

"Saya tentu sepakat dengan pengembangan 10 Bali Baru ini jika konteksnya terkait dengan pemerataan kue ekonomi pariwisata nasional secara geografis. Tapi saya pesimistis destinasi prioritas dan superprioritas akan memberikan hasil maksimum sebagaimana harapan pemerintah", ungkap Dony sebagaimana dikutip dari keterangan resmi, Kamis (25/7/2019).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Saran Pengembangan Destinasi

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memastikan atraksi wisata Indonesia dalam 100 Calender of Event (CoE) yang telah ditetapkan setiap tahunnya sudah memiliki kualitas terbaik untuk ditawarkan kepada wisatawan.

Beberapa saran dikemukakan Dony dalam pengembangan destinasi baru ini.

Pertama, pemetaan atraksi-atraksi di destinasi, apakah akan dikembangkan dengan tipe mass tourism atau special interest tourism di destinasi tersebut.

Kedua, persiapan infrastruktur, mulai dari yang paling dasar sampai komersial untuk kelancaran aksesibilitas.

Ketiga, penyiapan Destination Management Organisation (DMO) agar tiap atraksi memiliki pengelola.

Keempat, persiapan sumber daya manusia kepariwisataan.

Kelima, persiapan regulasi dan insentif disentif di kawasan destinasi, baik untuk publik kepariwisataan maupun yang khusus untuk akselerasi investasi pariwisata, lengkap dengan regulasi khusus agar destinasi tetap sustainable.

Dan terakhir, melakukan pemetaan pasar. Otoritas yang bertugas untuk percepatan pengembangan pariwisata di destinasi tersebut harus melakukan pemetaan pasar untuk menentukan traget dan sasaran branding, promosi, dan penjualan.

"Saya menyarankan, untuk mengembangkan destinasi, pemerintah harus fokus membenahi beberapa hal fundamental dulu, semuanya harus berasaskan destination based development," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya