Catat Tanggalnya! Pesta Diskon Besar-besaran Digelar Bulan Depan

Pesta diskon bertajuk Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) 2019 akan berlangsung pada 16-31 Agustus mendatang.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jul 2019, 16:15 WIB
Pengunjung melintasi depan tenant fashion di Lippo Mall Puri, Jakarta, Jumat (24/5/2019). Untuk menarik pengunjung dalam rangka Festival Jakarta Great Sale, berbagai diskon ditawarkan dari pukul 20.00 hingga 00.00 dalam Midsummer Night Sale. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan mengajak masyarakat menyambut Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) 2019 yang digelar Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan lndonesia (HIPPINDO). Pesta diskon tersebut akan berlangsung pada 16-31 Agustus mendatang.

Gelaran ini juga sekaligus untuk ikut memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74. Lebih dari 200 perusahaan, 300 brand dan 18 ribu gerai, lebih dari 70 kota, 133 pusat belanja akan memberikan diskon terbaiknya pada momen tersebut.

lnspektur Jenderal Kementerian Perdagangan, Srie Agustina mengatakan pesta diskon besar-besaran tersebut dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi naisonal.

”Terselenggaranya HBDI dapat dimanfaatkan sebagai sarana memacu daya beli masyarakat yang akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata dia dalam acara konferensi pers pelaksanaan HBDI di Jakarta, hari ini, Kamis (25/7).

Turut hadir dalam konferensi pers ini Menteri Komunikasi dan lnformatika Rudiantara, Ketua Umum HIPPINDO Budihardjo Iduansjah, Ketua Panitia HBDI 2019 Fetty Kwartati, dan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Widjaja Kamdani.

HBDI akan memberikan aneka promo istimewa bernuansa 74, seperti diskon hingga 74 persen, harga khusus untuk produk tertentu seharga Rp 74 ribu, promo bagi mereka yang berusia 74 tahun, dan masih banyak Iagi.

Menurut Srie, kegiatan HBDI diharapkan dapat meningkatkan konsumsi domestik serta menciptakan peluang lebih besar untuk perkembangan dan kemajuan UKM, para pelaku ekonomi kreatif, pusat perbelanjaan, dan pelaku bisnis ritel di seluruh Indonesia.

Selain itu, pesta diskon ini dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan mancanegara sekaligus memperkenalkan kebudayaan Indonesia.

”Saya mendorong para pelaku usaha agar promosi produk-produk dalam negeri baik produk makanan, minuman, kerajinan maupun fesyen dapat lebih serius sehingga akan lebih dikenal negara lain yang pada akhirnya dapat bersaing di ajang global. Semoga ke depan HBDI dapat digelar secara rutin serta menjadi acara ikonik rutin setiap tahun seperti Black Friday di Amerika Serikat atau Boxing Day Sale di Inggris,” terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kesempatan untuk Perluas Pasar

Pengunjung memilh baju untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri di Lippo Mall Puri, Jakarta, Jumat (24/5/2019). Untuk menarik pengunjung dalam rangka Festival Jakarta Great Sale, berbagai diskon ditawarkan dari pukul 20.00 hingga 00.00 dalam Midsummer Night Sale. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Srie juga menyebutkan, ajang ini tidak hanya menguntungkan konsumen. Namun juga para peretail dapat memperoleh kesempatan untuk melakukan perluasan pasar.

"HBDI menjadi kesempatan emas bagi anggota HIPPINDO yang bergerak di sektor ritel, kuliner, dan hiburan untuk lebih menggali potensi pasar secara maksimal serta menggairahkan sektar perdagangan dan pariwisata di dalam negeri,” ujarnya.

Pada gelaran tahun ini, HBDI mengangkat tema Merah Putih Fun Pesta Diskon Persatukan Bangsa. Rencananya kegiatan ini akan dibuka Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 15 Agustus 2019 di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta. Pada acara pembukaan tersebut, akan diselenggarakan Parade Merek Lokal Indonesia 2019 yang akan menampilkan produk-produk dari berbagai merek Indonesia yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian dan pendapatan devisa negara.

Dalam kesempatan serupa, Budihardjo mengungkapkan, dalam acara ini, bukan hanya peritel yang terlibat, melainkan juga industri pendukung ritel lainnya, seperti produsen, pemasok, dan distributor.

”Setiap sektor yang terlibat merupakan bagian untuk mengembangkan merek Iokal Indonesia di negeri sendiri, maupun untuk tujuan ekspor,” tutupnya.

 


Kinerja Pusat Perbelanjaan Bakal Melonjak di Semester II 2019

Mal Senayan City, Jakarta Pusat | via: eraprospek.com

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memperkirakan bisnis pusat perbelanjaan atau mal akan mengalami pertumbuhan di tahun 2019, tepatnya pada paruh kedua. Namun pertumbuhan tidak akan terjadi secara merata.

Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan mengakai, dia pun belum dapat memberikan berapa angka kisaran pertumbuhan yang diperkirakan olehnya APPBI.

"Saya kira akan ada kenaikan, tapi tidak akan merata sama sekali. Bohong kalau bilang semua naik bareng-bareng. Kalau bilang rata-rata berapa persen, enggak. Ada yang naik signifikan banget, ada yang turunnya juga signifikan," kata dia, saat ditemui, di sela-sela peluncuran Indonesia Great Sale, di Jakarta, Kamis (11/7).

Sebab kinerja masing-masing pusat belanja akan sangat tergantung pada strategi bisnis masing-masing mal dalam menarik konsumen. Pusat belanja yang paling mampu menarik konsumen akan mencatatkan pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

"Tergantung apa dia bisa ikut mode atau tidak. Trennya kemana?," ungkapnya.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan para pelaku bisnis pusat belanja yakni memperbaiki serta meningkatkan sisi costumer experience. Terutama bagi generasi milenial.

"Sekarang kan kita lihat ada mal yang naik terus jumlahnya signifikan kan. Ada mal baru yang tiba-tiba ramai tahun kemarin, seperti Aeon yang di Utara. kenapa sih," ujarnya.

"Karena milenial suka itu. Kalau dia datang ke mall yang toko doang, nggak ada apa-apanya nggak ada yang instagramable itu, malas. Eggak ada sekarang orang mau makan, cuma makanannya enak saja. Eggak ada. Makanan mesti unik, terus interiornya bagus," tandasnya.


Pengusaha Bantah Toko Ritel Tergerus E-Commerce, Ini Buktinya

Ilustraasi foto Liputan 6

Konsumen Indonesia sempat terkejut karena ada beberapa perusahaan ritel yang tutup gerai. Hal itu pun menimbulkan pertanyaan mengenai kondisi bisnis ritel di Indonesia.

Namun, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey menyatakan justru lebih banyak ritel yang membuka di lokasi baru. Ia menyebut penutupan ini bukan karena daya beli rendah, melainkan pertimbangan bisnis lain. Pertumbuhan gerai seperti minimarket pun masih melesat.   

Berdasarkan catatan Roy, berikut pertumbuhan ritel di seluruh Indonesia. 

1. Minimarket: tumbuh 800-900 per tahun

2. Supermarket: tumbuh 10-15 per tahun

3. Hypermarket: tumbuh 2-3 per tahun

Pembukaan gerai baru itu menurut Roy adalah tanda bahwa industri ritel Indonesia masih bertumbuh dan konsumsi masih meningkat. 

Roy menyebut kepercayaan konsumen Indonesia pun menurut Roy masih tinggi, itu tercermin dari angka Indeks Kepercayaan Konsumen yang di atas 100, menandakan optimisme dan kepercayaan. Indeks Penjualan Riil juga di atas 100, serta inflasi terkendali di kisaran 3,1 - 3,2 persen.

"Kaitan dengan ritel yang tutup, itu tidak berkaitan dengan konsumsi, ritel yang tutup pertama karena mereka efisiensi, kemudian yang kedua mereka mengubah business model, yang ketiga mereka merelokasi dari daerah yang tidak strategis," ujar Roy pada Kamis (7/11/2019) di Jakarta.

Roy mengatakan omzet ritel pada tahun lalu mencapai Rp 235 triliun, itu jauh lebih tinggi dibandingkan e-commerce. Targetnya tahun ini angka itu naik hingga Rp 240 triliun. Pengusaha ritel pun mengincar ekspansi di timur Indonesia yang menawarkan peluang besar.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DKI Jakarta, Ellen Hidayat, juga mengatakan adanya ritel tutup gerai bukan berarti ada masalah ekonomi. Pasalnya, bisa saja pihak pengusaha sedang mencari produk yang paling produktif.

Ia mencontohkan Lotus milik MAP yang sempat tutup gerai, akan tetapi MAP justru tetap berkibar dan menambah brand lainnya.

"Tutup itu masalahnya macam-macam, ada yang mereka melihat merek itu tak jalan saat ini, mending dibuka baru," ujar Ellen. "Padahal itu masalahnya karena kebetulan perusahaannya merasa cari yang make money, kalau enggak make money ya potong," jelasnya.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya