Lamaran Romantis di Tengah Prosesi Wisuda Malah Tuai Kritik Pedas

Lelaki yang melamar kekasihnya di tengah prosesi wisuda dianggap membajak momen bahagia sang kekasih. Apa yang terjadi?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 26 Jul 2019, 01:03 WIB
Ilustrasi melamar. (dok. Jonathan Safa on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Niat hati mengundang simpati, nyatanya lamaran romantis yang diajukan seorang lelaki pada teman masa kecilnya di tengah prosesi wisuda malah menuai kritik pedas. Ia disebut membajak momen indah sang kekasih.

Dilansir laman Daily Mail, Kamis, 25 Juli 2019, Edgaras Averbuchas (27) tiba-tiba berlutut dan meminta Agne Banuskeviciute (25) untuk jadi istrinya.

Lamaran itu terjadi di tengah prosesi wisuda lulusan Universitas Essex di Colchester, pekan lalu. Agne diketahui lulus dari jurusan Bahasa Inggris dan Linguistik Terapan dengan gelar master.

Aksi tersebut direkam dan disiarkan pihak universitas. Belakangan, akibat protes dari warganet, khususnya civitas kampus, video tersebut dihapus.

Meski begitu, Edgaras tak peduli dengan komentar negatif yang diterima. Ia menyebut publik boleh mengkritik apapun, tetapi hal itu tak menghentikan kebahagiaan yang ia dan pasangannya rasakan.

Pasangan yang berasal dari Lithuania itu kini asyik merayakan lamaran itu dengan berlibur bersama.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tindakan Egois?

Ilustrasi melamar kekasih

Sementara itu, Agne merespons kritikan pedas yang dilayangkan pada tunangannya. Ia merasa aneh sang kekasih mendapat banyak komentar negatif dari orang-orang. "Padahal, aku pikir hari ini jadi lebih indah dengan lamarannya," ujarnya.

Aisha Ali-Khan, penggagas Pawai Perempuan di London merupakan salah satu yang tidak mendukung aksi lamaran dadakan di tengah wisuda itu. Lewat blognya, ia berpendapat tindakan tersebut sebagai bentuk egoisme dan kehausan akan perhatian publik.

"Ketika seseorang mencari perhatian publik dan pujian sepanjang waktu, hubungan itu hanya akan menyisakan ruang untuk satu orang dan ego mereka saja," tulisnya.

Sindiran pedas lainnya dituliskan Rebecca Reid dalam sebuah artikel di majalah Grazia. Ia menyebut lamaran itu tentunya akan sangat membahagiakan bagi pasangan yang benar-benar jatuh cinta dan sang perempuan dengan senang hati menerima lamaran itu.

"Tetapi, bagaimana bila dia terpaksa melakukannya padahal ingin berkata tidak? Mematahkan hati kekasihnya di depan auditorium yang dihadiri banyak orang asing?" tulisnya.

Ia melanjutkan, "Membajak momen besar dengan sesuatu yang manis ataupun niatan baik tidak bisa membenarkan hal itu terjadi."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya