Cairan Rem Wajib Diganti Tiap Tahun, Ini Alasannya

Hal tersebut terkait dengan dry boiling (titik didih brake fluid kondisi baru) dan wet boiling (titik didih brake fluid dengan kandungan air 3 persen) yang dimiliki oleh cairan rem.

oleh Amal Abdurachman diperbarui 25 Jul 2019, 19:03 WIB
Minyak Rem. (YourMechanic)

Liputan6.com, Jakarta Brake fluid atau cairan rem perlu diganti secara berkala agar dapet bekerja secara optimal. Hal tersebut terkait dengan dry boiling (titik didih brake fluid kondisi baru) dan wet boiling (titik didih brake fluid dengan kandungan air 3 persen) yang dimiliki oleh cairan rem.

Taqwa Suryo Swasono, selaku Chief Mechanic Autochem Racing, mengatakan, " Sifat menyerap air terdapat pada cairan rem berbasis glycol. Sehingga cairan rem bisa memiliki kandungan air. Dari mana asal air? Dari mana saja. Begitu seal botol terbuka, cairan rem akan menyerap air di udara."

Menurut Taqwa, kandungan air sebesar 3 persen tersebut menurunkan titik didih secara signifikan. Contohnya dry boiling DOT4  Prestone adalah 265 derajat Celcius, akan turun ke 155 derajat Celcius jika mengandung air sebesar 3 persen.

Faktor lainnya adalah tingkat kelembaban di Indonesia yang berkisar 60 - 80 persen. "Mengganti cairan rem sebaiknya dilakukan setahun sekali atau 20.000 km untuk mobil dan 10.000 km untuk motor," sambung Taqwa.

Menurut Taqwa, semenjak botol cairan rem dibuka sebaiknya langsung digunakan semuanya. Jika dibiarkan selama berbulan-bulan, maka cairan rem tersebut berisiko menyerap air karena sealnya sudah terbuka. "Jika hanya ingin menambahkan cairan rem, sebaiknya beli kemasan kecil saja. Membiarkan sisa cairan rem di dalam botol dalam waktu yang lama membuat cairan rem tersebut menyerap air, " pungkas Taqwa.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mengenal Perbedaan Cairan Rem DOT3 dan DOT4, Apa Saja?

Brake fluid atau cairan rem masih sering disebut sebagai minyak rem di Indonesia. Sebenarnya, cairan dimaksud bisa menyatu dengan air biasa, bukan berupa minyak. Selain itu, beragam cairan rem beredar di pasaran seperti DOT3 dan DOT4. Apa bedanya?

Pada dasarnya, standar DOT3, DOT4 dan seterusnya, terbuat dari bahan yang dapat menyerap air dan uap air (kelembaban) atau juga bersifat higroskopis. Yang membedakan, bahan kimia yang dikandung dan titik didihnya. Tidak selamanya DOT 4 bekerja maksimal jika dipakai pada rem yang merekomendasikan DOT 3. Pasalnya, jika Anda sengaja memasukkan cairan yang bukan standarnya, komponen rem bisa rusak.

 

 
 
 

 

“Spesifikasi keduanya berbeda. Jadi tak boleh sembarangan memakainya. Untuk cairan rem DOT4 titik didih tertinggi mencapai 255°Celsius, sementara DOT3 245° Celsius. DOT4 sedikit lebih baik. Misal selama pemakaian cairan DOT3, bisa tercampur air sebanyak 3% yang terjadi dalam tempo 1 tahun saja. Ini dapat menyebabkan titik didih turun dari 255° Celcius menjadi hanya 145° Celcius. Artinya, cairan rem lebih mudah mendidih. Kita tahu air memiliki titik didih 100° Celcius. Ini berarti kandungan air dalam cairan rem mendidih lebih dahulu dan berubah menjadi uap air yang membentuk gelembung udara,” papar Inge Harsono, QC- R&D Manager Autochem Industry.

Gelembung udara ini, lanjut Inge, sangat berbahaya karena mengurangi kemampuan cairan rem untuk menyalurkan tekanan yang mendorong kampas rem. Padahal kinerja sistem pengereman, sangat bergantung pada kemampuan cairan rem menekan kampas. Jika terlalu lama tak diganti, maka kampas tidak bekerja. Ini yang kita sebut gejala rem blong. Jika spesifikasi kendaraan Anda bisa memakai DOT3/DOT4, sebaiknya gunakan DOT4 lantaran titik didihnya lebih baik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya