Liputan6.com, Jakarta - Cintailah produk-produk Indonesia. Jargon iklan ini tampaknya begitu mengena. Apalagi ketika CEO Maspion Alim Markus bersama penyanyi Titiek Puspa menyampaikan jargon tersebut.
Usaha grup Maspion makin berkembang. Baru-baru ini grup Maspion teken perjanjian kerja sama dengan perusahaan Uni Emirat Arab (UEA) untuk membangun pelabuhan peti kemas. Hal ini seiring ada pertemuan bilateral dan penandatanganan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab pada Rabu, 24 Juli 2019.
Salah satu dari kerja sama yaitu kerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia Maspion di Surabaya, Jawa Timur dan perusaahaan UEA. MoU antara DP World dan Maspion oleh CEO Maspion Alim Markus dengan CEP DP World Sultan bin Sulayem.
Alim Markus mengatakan, pembangunan pelabuhan ditargetkan dapat menampung 3 juta teus. Investasi pelabuhan sekitar USD 1,2 miliar yang akan mengembangkan kontainer di kawasan industri Maspion di Gresik, Jawa Timur.
Baca Juga
Advertisement
Siapa sangka mengawali usaha produsen peralatan dapur pada 1967, kini memiliki sejumlah anak usaha yang berkembang menjadi delapan usaha bisnis utama.
Mengutip laman perseroan, bisnis Maspion merambah ke produk konsumen, konsumen industri, konstruksi dan material bangunan, hotel, properti komersil dan properti industri, perbankan, perdagangan dan distribusi, infrastruktur energi dan beragam bisnis lainnya.
Perusahaan-perusahaan di bawah grup Maspion antara lain Bank Maspion Indonesia, PT Indalex, PT Indal Aluminium Industry, PT Indal Gypsum Industry, PT Furukawa Indal Aluminium, PT Weilburger Coatings Indonesia, PT Cashew Grebe Indonesia, dan PT Indal Servis Sentra.
Kemudian ada PT Maspion Trading, PT Maxim Housewares Indonesia, Bumi Maspion, Citra Maspion Contractor, Maspion Kencana, Ishizuka Maspion Indonesia, Alaskair Maspion, dan Srithai Maspion Indonesia.
Tiga perusahaan di grup Maspion sudah melepas saham ke publik atau tercatat di pasar modal Indonesia. Perusahaan itu antara lain PT Bank Maspion Tbk (BMAS) , PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) dan PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI).
Grup Maspion didirikan Alim Husin yang merupakan ayah Alim Markus. Usaha Alim Husin bermula ketika mendirikan UD Logam DKI pada 1962 bersama rekan Alim Husin yaitu Gunardi Go. Kemudian Ia mendirikan UD Logam Jawa pada 1967. Usaha Alim Husin memproduksi peralatan dapur berbahan aluminium.
Alim Husin mendirikan sebuah usaha kecil yang produksi lampu teplok terbuat dari alumunium dan logam. Saat itu, karyawan hanya delapan orang. Produksi usaha sekitar 300 lusin pe hari. Kemudian usaha tersebut berkembang dengan produksi lampu badai untuk nelayan. Akhir 70-an mulai produksi perabot rumah tangga dengan bahan plastik seperti ember, baskom, Loyang dan sebagainya.
Sejak muda, ia telah memiliki jiwa kewirausahaan dan semangat kerja keras. Ia membangun beberapa usaha termasuk industri rumah tangga.
Pada 1971, Alim Husin mendirikan PT Maspion. Kemudian tahun berikutnya pada 1972, mendirikan PT Indal Aluminium Industry yang di bawah skema investasi dalam negeri (PMDN) sehingga mewakili ekspansi usaha skala besar. Pada tahun sama, ia menggabungkan UD Logam Jawa ke dalam PT Maspion. Pada 1972, usaha makin berkembang sehingga merancang nama dan logo baru. Nama usaha tersebut Maspion. Menurut Alim Markus, anak Alim Husin, Maspion singkatan dari Mengajak Anda Selalu Percaya Industri Olahan Nasional.
Alim Husin pun mendapatkan dukungan usaha dari anak-anaknya terutama anak sulungnya Alim Markus. Kemudian diikuti Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa. Alim Husin tutup usia pada 2003. Posisinya digantikan putra sulungnya Alim Markus.
Grup Maspion yang berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur kini menjadi perusahaan berskala besar dengan lebih dari 30 ribu karyawan yang terbesar pada lima area industri dan produksi di Jawa Timur dan Cibitung, Jakarta.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
UEA Bakal Investasi Pelabuhan Peti Kemas di Gresik
Sebelumnya, Uni Emirat Arab (UEA) berencana menanamkan modal di sektor pembangunan infrastruktur, yakni pengembangan pelabuhan peti kemas dan kawasan industri di Gresik, Jawa Timur.
"Sekarang sudah ada persiapan, paling lambat 2021 mulai konstruksi. Saya lagi mau minta mereka sudah mulai lebih awal,” ujar Menteri Perhubungan ditemui di Istana Kepresidenan Bogor, seperti dilansir suarasurabaya.net.
Budi menuturkan, investasi akan bernilai USD 1,2 miliar. Pembagian investasi antara pihak swasta Indonesia dan UEA yaitu 51 persen berbanding 49 persen.
Mengutip Antara, Di Istana Kepresidenan Bogor, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan melakukan sejumlah kegiatan seperti pertemuan bilateral dan penandatanganan kerja sama.
Sejumlah kerja sama bakal dibahas dengan UEA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memastikan tiga kerja sama sudah pasti akan diteken dalam pertemuan itu.
Ketiganya adalah kerja sama di proyek pembangunan fasilitas pengolahan minyak atau proyek revitalisasi kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) di Balikpapan, Kalimantan Timur.
RDMP Balikpapan merupakan satu dari enam megaproyek kilang yang tengah dibangun PT Pertamina. Kedua, kerja sama di pengembangan industri petrokimia dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Ketiga, kerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia Maspion di Surabaya, Jawa Timur. Total nilai investasi dari tiga kerja sama dengan UEA tersebut mencapai USD 9 miliar atau setara Rp 125,5 triliun.
Salah satu perjanjian yakni MoU antara DP World dan Maspion oleh CEO Maspion Alim Markus dengan CEO DP World Sultan bin Sulayem. Alim Markus menuturkan, pembangunan pelabuhan ditargetkan dapat menampung 3 juta teus. Dengan investasi USD 1,2 miliar akan mengembangkan kontainer di kawasan industri Maspion di Gresik.
Advertisement