Garuda Putuskan Kerja Sama dengan Mahata

Sebelum revisi laporan keuangan, manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Mahata sebesar USD 239,9 juta.

oleh Athika Rahma diperbarui 26 Jul 2019, 16:45 WIB
Pesawat Terbang Garuda Indonesia (Liputan6.com/Fahrizal Lubis)

Liputan6.com, Jakarta - Garuda Indonesia baru saja merevisi laporan keuangannya yang semula untung menjadi rugi. Hal tersebut disebabkan kesalahpahaman Garuda terhadap kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi.

Manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Mahata sebesar USD 239,9 juta, padahal statusnya masih piutang. Imbasnya, kerja sama antara Grup Garuda dengan Mahata dibatalkan.

"Sementara itu, terkait putusan BPK terkait kerja sama Mahata Aero Teknologi, maka Citilink Indonesia selaku pihak yang berkontrak juga telah mengirimkan surat kepada pihak Mahata Aero Teknologi terkait pembatalan kerja sama tersebut," ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Garuda Indonesia, Fuad Rizal dalam keterangan resmi, Jumat (26/7/2019).

Sebelumnya dilaporkan bahwa laporan keuangan Garuda mencurigakan. Kejanggalan tersebut tecium oleh dua komisaris, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria.

Mereka enggan menandatangani laporan keuangan tersebut. Kasus berlanjut hingga Kementerian Keuangan, Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga OJK turut andil memeriksa laporan tersebut.

Ketiga badan tersebut memutuskan bahwa memang ada yang salah dalam laporan tersebut. Imbasnya, Garuda terkena denda dan sanksi, lalu merilis kembali laporan keuangan Garuda yang sudah dikoreksi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perubahan Setelah Revisi

Pesawat maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam laporan sebelum revisi, Garuda Indonesia mencatatkan keuntungan sebesar USD 809,85 ribu atau sekitar USD 11,33 miliar (asumsi kurs Rp 13.987), namun setelah diralat, laba bersih perusahaan berubah jadi USD 19,7 juta.

Selain itu, perusahaan mencatat kerugian sebesar USD 175,028 juta alias sekitar Rp 2,4 triliun. Pendapatan usaha tetap berada di angka USD 4,37 miliar, sementara pendapatan lain-lain diubah dari USD 278,8 juta hingga USD 38,8.

Kasus laporan keuangan ini juga menimbulkan sentimen negatif di pasar saham. Pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (26/7/2019), saham Garuda (GIAA) turun 6 poin atau 1,52 persen ke level Rp 390 per saham. Padahal pada pembukaan di pagi hari, saham GIAA sempat berada di zona hijau yaitu Rp 398 per saham.

Pada perdagangan Sesi I, saham Garuda sempat berada di level tertinggi Rp 398 dan terendah Rp 388. Total frekuensi perdagangan saham 657 kali dengan volume perdagangan 40.545 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 1,6 miliar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya