Terkuak, Pangeran Arab Saudi Ingin Investasi Alkohol dan Taksi Terbang

Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS) tertarik pada taksi terbang dan alkohol?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Jul 2019, 18:00 WIB
Mohammed bin Salman ditunjuk jadi putra Mahkota Arab Saudi (Foto:Hassan Ammar/AP)

Liputan6.com, Jeddah - Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), terkuak ingin berinvestasi ke beberapa hal yang agak tidak biasa: taksi terbang, bulan palsu, pasir berkilau, hingga alkohol di Arab Saudi.

Investasi tersebut ingin dilakukan di Neom, sebuah kota pintar di perbatasan utara Saudi. Kota futuristik itu sedang dikembangkan agar Arab Saudi tak terus bergantung pada minyak.

Perencanaan Neom terungkap pada dokumen rahasia setebal 2.300 halaman yang dimiliki Boston Consulting Group, McKinsey & Co., dan Oliver Wyman yang diperiksa oleh Wall Street Journal. Dokumen itu bertanggal September 2018.

Alkohol memang dilarang di Arab Saudi, tetapi sumber-sumber Wall Street Journal menyebut alkohol kemungkinan tak akan dilarang di kota Neom.

Neom berasal dari bahasa Yunani yang artinya "baru" dan bahasa Arab yang artinya "masa depan." Kehadiran proyek ini pun mengancam suku daerah setempat bisa direlokasi paksa.

Kota Neom menjadi visi Pangeran MbS sebagai bentuk kebaruan di negaranya. Para perusahaan asing juga enggan berinvestasi di Saudi karena masalah hukum, korupsi, serta berbagai larangan yang bersifat religius. Ketimbang mengubah Arab Saudi yang ultra-konservatif, membangun kota baru dipandang jauh lebih mudah.

"Neom adalah tentang segala hal yang berorientasi ke masa depan dan visioner. Jadi kita membahas teknologi yang paling baru dan menembus batas, dan dalam beberapa kasus masih dikembangkan dan bersifat teoretis,"ujar Chief Executive Neom, Nadhmi Al Nasr.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Masalah Pendanaan dan SDM

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. (Dan Kitwood/Pool via AP)

Di samping memiliki ambisi yang terdengar mustahil, ada juga masalah pendanaan karena kota ini butuh dana USD 500 miliar atau Rp 6.991 triliun. Wall Street Journal menyebut Saudi tidak memiliki dana tersebut, apalagi negara itu sedang mengalami defisit anggaran.

Kurangnya SDM di bidang perencanaan, engineering, dan manajemen juga membuat konsultan asing dibutuhkan program Neom. Hal itu menghasilkan masalah baru, pasalnya ketergantungan pada pihak luar negeri juga sedang menjadi isu sensitif di Arab Saudi.


Diklaim Halal, Kelab Malam Pertama di Arab Saudi Tuai Kontroversi

Fakta Unik Klub Malam Halal Pertama di Jeddah

Sebuah kelab malam dibuka untuk pertama kali di Jeddah, Arab Saudi, pada Kamis malam, 13 Juni 2019. Klub malam bernama White yang merupakan cabang dari Dubai tersebut diklaim sebagai klub malam halal.

Pada malam pembukaannya, kelab malam tersebut berencana mengundang penyanyi AS, Ne-Yo. Sejumlah promosi pun dilakukan untuk mengundang pengunjung, termasuk lewat laman Facebook mereka. Namun, pada malam pertama operasionalnya, sejumlah kekacauan terjadi.

Pada kolom komentar, pengunjung yang telah membeli tiket mengaku, pertunjukan perdana di kelab malam tersebut malah dibatalkan. Di sisi lain, otoritas setempat mengaku tak pernah memberi lampu hijau atas keberadaan klub itu. 

Dilansir dari laman Al Jazeera, Otoritas Hiburan Umum Arab Saudimengumumkan lewat akun Twitter resmi bahwa mereka akan segera menginvestigasi video memperlihatkan interior kelab malam tersebut.

"Berdasarkan informasi yang disampaikan pada kami, acara (Project X) itu pelanggaran atas prosedur hukum dan akan segera ditindak, serta tidak pernah diizinkan oleh badan," demikian pernyataan yang tertulis.

Lembaga itu menambahkan, awalnya mengeluarkan lisensi untuk kegiatan lain. Namun, pihak kontraktor disebut mengambil keuntungan berlebihan atas lisensi tersebut sehingga melakukan sejumlah pelanggaran serius dan tidak dapat diterima.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya