Liputan6.com, Kebumen - Layaknya kawasan pesisir, masyarakat di wilayah Ambal, Mirit, hingga Kecamatan Ayah, Kebumen, Jawa Tengah banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Laut dan isinya adalah nadi hidup mereka.
Lahir di kawasan pesisir membuat anak-anak akrab dengan laut. Angin garam telah mengokohkan keberanian mereka. Cerita orang tenggelam di Laut Kidul tak cukup membuat jerih.
Tersebutlah keluarga nelayan di Desa Mirit Petikusan RT 2/2, Kecamatan Mirit, Kebumen. Sang ayah Nawawi (60) adalah nelayan yang telah merasakan pahit getirnya melaut di perairan selatan Kebumen yang terkenal ganas.
Anaknya, Sarpon (32) rupanya mengikuti jejak sang bapak. Ia pun menjadi nelayan. Bahkan, mereka kerap melaut mencari ikan berdua.
Baca Juga
Advertisement
Akhir-akhir ini, Laut Kidul seolah murka siap menenggelamkan apa saja. Nyaris tiap hari, samudera bergolak. Ombak setinggi empat meter terjadi beruntun, nyaris tanpa henti hingga berbulan-bulan.
Bagi nelayan, tak melaut berarti kosongnya periuk beras di dapur-dapur mereka. Karenanya, Nawawi dan Sarpon pun berniat melaut, meski ada peringatan gelombang tinggi yang mungkin saja menenggelamkan perahu mereka.
Tetapi, Jumat pagi, 26 Juli 2019 itu, mereka tak hanya melaut berdua. Ada satu rekan lainnya, Kasimin (43), nelayan asal Desa Pasir, Kecamatan Ayah, Kebumen.
Pagi-pagi benar mereka berangkat. Sekitar jam 06.30 WIB, mereka angkat layar dan berangkat melaut di Pantai Mirit.
Nahas, laut yang semula terlihat bersahabat tiba-tiba berubah ganas. Baru sesaat lepas dari daratan, satu ombak besar menghantam perahu mereka. Perahu pun oleng dan tenggelam.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Peringatan Gelombang Tinggi Perairan Jateng-DIY
Tiga orang ini pun turut tenggelam. Arus begitu kuat dan menyeret tiga nelayan ini. Singkat kata, Sarpon dan ayahnya, Nawawi, selamat.
Sayangnya, Kasimin, rekan mereka, justru hilang tenggelam. Arus bawah telah membawa Kasimin dan menenggelamkannya.
“Korban selamat Sarpon, alamat RT 2/2 Desa Mirit Petikusan dan Nawawi, orangtua korban, alamat RT 2 RW 2 Desa Mirit Petikusan,” kata Humas Basarnas Pos SAR Cilacap, Saeful Anwar.
Nelayan yang mengetahui tragedi tenggelamnya perahu ini pun segera berupaya menolong. Perahu terdampar, tetapi Kasimin tak ditemukan.
Usai mendapat laporan, Basarnas Pos SAR Cilacap segera mengirimkan satu regu tim SAR untuk bergabung bersama potensi SAR lain yang sudah terlebih dahulu melakukan operasi pencarian. Tim SAR dibekali dengan SAR air lengkap, termasuk perahu karet dan alat penyelaman.
Namun, lantaran masih terjadi gelombang tinggi, sementara ini pencarian dilakukan dengan penyisiran darat. Sebab, gelombang tinggi justru bisa membahayakan tim SAR yang mencari dengan penyisiran air.
“Sementara kita pencarian lewat darat dulu. Nanti setelah dikoordinasikan apakah lewat laut memungkinkan atau tidaknya,” dia mengungkapkan.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Deaz Ahmad Rifai mengatakan, BMKG telah merilis peringatan dini gelombang tinggi yang mungkin terjadi di perairan selatan Jawa Tengah hingga Yogyakarta, antara 25-26 Juli 2019.
Gelombang setinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo hingga Yogyakarta. Gelombang tinggi dipicu meningkatnya kecepatan angin dengan kecepatan kurang lebih 25 knot.
“Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada,” ucap Deaz.
Advertisement