Liputan6.com, Cilacap - Penampilan pemilik salon kambing di Pasar Karangpucung, Cilacap, Jawa Tengah itu amat mudah dikenali. Topi kulit lebar, kaos oblong, dan bandana, mengingatkan kepada sosok koboi di film-film western.
Letak salonnya juga tak berubah sejak berpuluh tahun lalu. Pojok timur selatan Pasar Kambing Karangpucung. Dari pojok pasar ini lah ia memulai legendanya.
Nama pria itu Ahmad Cirko Minarjo. Cirko adalah nama kecil pemberian kedua orang tuanya yang beretnis Sunda dan tinggal di perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat.
Tahun ini usianya menginjak 60 tahun. Dan Minarjo, panggilan akrabnya sekarang, sudah memulai usaha penyedia jasa salon kambing 1979, setahun persis usai peristiwa Malari.
Baca Juga
Advertisement
Memang, tak ada hubungan memang antara Minarjo dengan perisitiwa Malari. Sekadar pengingat saja, bahwa Minarjo telah melayani ratusan ribu, atau bahkan jutaan kambing dari seluruh penjuru Pulau Jawa, sejak akhir 1970-an, sewaktu ia masih berusia 19 tahun.
Dari 41 tahun lampau, Minarjo sudah dikenal sebagai penyedia jasa perawatan kambing. Berpuluh tahun kemudian, jasa perawatan tanduk, kuku dan bulu kambingnya lebih populer dengan nama salon kambing.
Minggu, 28 Juli 2019, dua pekan menjelang lebaran Idul Adha, dengan tangkas, tanpa bantuan seorang pun, ia mengikat kambing berwarna cokelat kembang asam itu ke semacam penjepit kepala kambing.
Pengikatan mesti pas agar ritual perawatan tanduk dan kuku di salon kambing itu lancar tanpa hambatan. Tali diikat agar kambing tak bisa bergeleng walau 10 sentimeter.
Harga Kambing Jantan Naik Usai Masuk Salon
Perangkap itu terbuat dari pipa stainlees tebal dengan warna yang sudah sedikit kusam. Besi paten kanan, kiri, bawah dan atas memastikan kepala kambing tetap stabil saat dirawat khusus oleh Minarjo.
Lantas, Minarjo mengeluarkan alat-alat yang nampak seram. Ia pun memulai proses perawatan salon kambingnya dengan merapikan tanduk kambing jantan dengan memotong sedikit tanduk di bagian pinggir dengan gergaji besi.
Selesai dipotong, ia merapikan tanduk yang sudah dipotong itu dengan gerinda manual. Setelah itu, kambing dirapikan kukunya satu demi satu. Terakhir, Minarjo mencukur bulu kambing, terutama di bagian kepala dan sekitar bawah buntut kambing.
Usai dirawat, Kambing pun tampak lebih gagah dan menawan. Harganya pun digadang-gadang bakal naik. Sebab, harga kambing jantan tak hanya dihitung berdasar bobot tubuh semata. Penampilan yang gagah, bersih dan sehat akan menunjang harganya lebih mahal.
"Setidaknya akan naik Rp200 ribu lah, Rp500 ribu juga bisa," ucapnya, Minggu.
Paket layanan itu, hanya dihargai Rp 20 ribu per ekor kambing selama bertahun-tahun. Tetapi, tahun ini ia menaikkan tarifnya menjadi Rp 30 ribu, untuk perawatan standar.
"Layanannya sama, perawatan tanduk, kuku, bulu. Bedanya sejak bulan keenam kemarin, naik jadi Rp30 ribu," dia mengungkapkan.
Puluhan tahun sudah minarjo menjalani bisnis yang unik, jasa salon kambing. Jasa salon kambing ini tak melulu perawatan tanduk, kuku atau kracak, dan perawatan bulu. Ia juga menjadi semacam mantri hewan yang menyediakan jasa suntik vitamin, penyakit kulit, operasi amandel, hingga creambath.
Ya, creambath kambing.
Advertisement
Creambath Kambing Bertarif Rp100 ribu
Tetapi, layanan creambath kambing ini hanya diberikan di rumah Minarjo di Cileumeuh, yang juga sebuah peternakan kambing. Kambing yang sudah dirawat standar dimandikan dengan shampo khusus kambing.
Shampo itu terbuat dari deterjen dan shampo manusia. Tarif layanan crembath kambing ini Rp 100 ribu per ekor.
"Kalau di pasar tidak ada waktu. Soalnya langganan penuh," ujarnya, tergelak.
Menurut Minarjo, hanya pelanggan-pelanggan tertentu yang meminta perawatan creambath. Biasanya pelanggan jenis ini adalah pehobi kambing peranakan etawa (PE) atau Domba Garut untuk kontes.
"Perawatannya mahal, tapi kambingnya jadi bagus. Kalau sudah dirawat, standar harganya naik Rp200 ribu, bisa Rp500 ribu naiknya," dia mengklaim.
Meski naik menjadi Rp 30 ribu, rupanya pelanggan tak lantas kabur. Ia memang memiliki pelanggan setia. Tiap hari pasaran, ia merawat antara 20 hingga 30 ekor, mulai pukul 06.00 – 12.00 WIB.
Masa menjelang Idul Adha seperti saat ini adalah berkah untuk Minarjo. Namun, ia sengaja membatasi diri untuk tak merawat terlalu banyak kambing.
Ia sadar dengan umurnya yang tak lagi muda. Dalam kondisi capek, ia tak yakin pelayananannya bisa maksimal.
Itu saja, dalam sehari ia bisa meraup Rp 900 ribu, kotor. Dalam sepekan, ia membuka jasa salon kambing empat kali. Yakni dua kali di Pasar Karangpucung tiap Minggu dan Senin, serta di dua kali di Pasar Majenang.
"Saya sudah tidak kuat kalau full setiap hari," kata warga Cileumeuh Kecamatan Cimanggu ini.
Sebenarnya, di luar perawatan standar, Minarjo pun melayani penyambungan tanduk. Namun, menjelang Idul Adha, Minarjo mengaku tak pernah mau melayani penyambungan. Ia takut ada yang merasa tertipu karena sambungan tanduknya.
"Kalau untuk kurban kan harus sempurna. Saya khawatir nanti yang beli kambing kecewa," dia mengungkapkan.
Saksikan video pilihan berikut ini: