Liputan6.com, Manado Tarian keprajuritan tradisional Minahasa atau disebut tari kabasaran sungguh menarik perhatian masyarakat di acara pembukaan Manado Fiesta 2019. Tak terkecuali para pejabat yang hadir.
Menurut adat Minahasa, penari kabasaran harus berasal dari keturunan sesepuh penari kabasaran juga. Sehingga, tidak semua laki-laki Minahasa mempunyai kesempatan untuk menjadi penari kabasaran. Karena sifatnya yang turun temurun, setiap penari juga memiliki sebuah senjata yang juga diwariskan secara turun temurun. Senjata warisan inilah yang dipakai saat menari.
Advertisement
Penari Kabasaran memakai kostum dengan dominasi warna merah. semacam rumbai-rumbai dari kain tenun khas Minahasa. Di kepala tersemat semacam mahkota kepala burung rangkong, lengkap dengan bulu-bulunya. Aksesoris yang dikenakan antara lain kalung tengkorak monyet, sehingga menambah kesan sangar pada penampilannya.
"Dengan bersenjatakan pedang dan tombak, para penari terlihat seperti prajurit yang siap berperang menghancurkan musuh. Sesekali terlihat gerakan melompat, maju-mundur dengan semangat, dan juga mengayunkan senjata," imbuhnya.
Pada dasarnya, struktur dasar Tari Kabasaran terdiri dari sembilan jurus pedang (santi) atau sembilan jurus tombak (wengkouw). Dengan langkah kuda-kuda yang terdiri dari dua langkah ke kiri, dan dua langkah ke kanan.
Tarian ini diiringi oleh alat musik pukul seperti gong, tambur, atau kolintang yang disebut dengan Pa‘ Wasalen. Sementara para penarinya disebut Kawasalan, yang memiliki arti menari dengan meniru gerakan dua ayam jantan yang sedang bertarung.
Walikota Manado GS Vicky Lumentut mengatakan, Tari Kabasaran adalah tarian tradisional masyarakat Minahasa. Meski sekarang dipakai untuk menyambut tamu kebesaran, namun siapa sangka dahulu tarian ini justru sejenis tarian perang.
"Dalam kisahnya, para penari ini bekerja sebagai petani atau menjadi penjaga keamanan desa di Minahasa. Tetapi jika wilayah mereka terancam akan diserang musuh, para penari akan berubah menjadi waranei atau prajurit perang," jelasnya.
"Seiring perkembangan bahasa Melayu di Manado, kata Kawasalan akhirnya berubah menjadi Kabasaran. Namun tidak memiliki kaitan dengan kata “besar” dalam bahasa Indonesia. Meski selanjutnya tarian ini digunakan untuk menyambut para tamu kebesaran," bebernya.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menyatakan, Manado Fiesta 2019 memang dikemas secara lengkap dan total. Banyaknya kegiatan yang terangkum dalam event ini akan membuat gelaran acara menjadi lebih semarak.
“Semua ada di sini. Apa yang dicari pengunjung hampir seluruhnya terwakili. Sebab, nantinya juga akan ada Manado Fiesta Fair 2019 yang mengangkat ‘Investment, Trade Tourism, Agriculture, and Fishing’. Benar-benar pameran yang lengkap. Ada investasi, pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan, UMKM dan koperasi, dan lain-lain,” jelasnya.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauziani menyatakan, sebagai event yang baru memasuki tahun ketiga, Manado Fiesta 2019 sudah cukup baik. Namun begitu, tentunya penyelenggara tidak boleh berpuas diri hanya sampai di sini. Tetap harus ada evaluasi dan perbaikan-perbaikan, sehingga ke depan acaranya semakin istimewa.
"Menjadikan sebuah event agar memiliki gaung yang besar dan dikenal masyarakat luas, tentu tidak bisa dilakukan secara individu. Butuh peran media untuk mem-viralkan penyelenggaraan Manado Fiesta ini," ingatnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Manado Fiesta 2019 akan memberikan impact positif.
“Manado Fiesta 2019 adalah event besar yang akan memberi dampak ekonomi cukup tinggi bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya pengusaha perhotelan dan rumah makan, tetapi juga pedagang-pedagang skala kecil. Ini yang terpenting dari sebuah event. Bukan hanya memberi hiburan, tetapi juga menyejahterakan,” tandasnya.