Liputan6.com, Jakarta - Malang benar nasib USS Indianapolis. Riwayat kapal penjelajah milik Amerika Serikat ini tamat pada 30 Juli 1945, ketika sebuah kapal selam Jepang menenggelamkannya di perairan Samudra Pasifik.
Dari 1.196 pasukan yang diangkut oleh Indianapolis, hanya 317 orang yang selamat. Saat insiden nahas ini terjadi, mereka sedang melakukan misi pengantaran kunci bom atom yang akan diledakkan di Hirosima.
Baca Juga
Advertisement
Mulanya, pasukan berhasil mengantarkan kunci atom itu ke Pulau Tinian pada 26 Juli 1945. Misi itu merupakan top secret mission dan tidak satupun kru kapal mengetahui apa yang mereka bawa di dalam kargo.
Setelah meninggalkan Tinian, Indianapolis kembali berlayar menuju markas besar militer AS di Guam, Pasifik -- untuk menerima perintah berkumpul di Lythe Gulf, Filipina.
Mereka kemudian dijadwalkan untuk bergabung dengan pasukan Idaho dan mempersiapkan invasi Jepang.
Pada 30 Juli tengah malam, Indianapolis diserang oleh kapal selam Jepang, saat berada dalam perjalan dari Guam menuju Leyte Gulf.
Akibatnya, Indianapolis terbelah dua dan karam seketika dalam waktu 12 menit. Tiga ratus tujuh belas orang terjebak di dalam kapal yang tenggelam, dalam keadaan hidup.
Sedangkan sekitar 900 lainnya tewas di laut saat berusaha menyelamatkan diri. Mereka meniggal akibat serangan hiu, terkena serpihan kapal, gagal berenang, dan dehidrasi.
Tidak ada bantuan yang didapatkan oleh korban selamat setelah empat hari setelah serangan Jepang.
Pada 2 Agustus 1945, korban selamat ditemukan oleh petugas patroli yang menerima sinyal koordinat dari radio. Empat hari kemudian, pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom di Hirosima, mengakibatkan 60 persen dari kota itu rata dengan tanah.
Bom atom kedua kembali dijatuhkan di Nagasaki pada 9 Agustus, menyebabkan 66 ribu jiwa melayang.
Kapten Disalahkan
Sementara itu, pemerintah AS merahasiakan insiden USS Indianapolis, hingga Presiden Harry Truman mengumumkan bahwa Jepang menyerahkan diri pada 15 Agustus 1945.
Pada September 1945, kapten kapal USS Indianapolis, Charles McVay, disidang karena dianggap gagal mengecoh lawan.
McVay merupakan kapten kapal satu-satunya yang diadili karena kehilangan awak kapal pada Perang Dunia II. Dia kemudian bunuh diri pada 1968.
Namun, awaknya yang selamat percaya bahwa kapten mereka tidak bersalah. Kru selamat itu beranggapan bahwa McVay dikambinghitamkan dalam insiden tersebut.
Pada 2000, 55 tahun setelah kejadian tersebut, pengadilan memutuskan untuk membersihkan nama McVay.
Selain peristiwa tragis tersebut, pada tanggal yang sama tahun 1971, pesawat All Nippon Airways (ANA) penerbangan 58 ditabrak jet tempur. ANA mengangkut 162 penumpang.
Ada pula pada 1956, 'In God We Trust' resmi menjadi semboyan Amerika Serikat.
Baca Juga
Advertisement