Bonita dan Atan Bintang Kembali ke Hutan, Semoga Cepat Punya Turunan

Bonita merupakan harimau Sumatera betina yang diselamatkan dari areal kebun PT.TH Indo Plantations Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir 3 Januari 2018 lalu. Sedangkan Atan Bintang yang berjenis kelamin jantan.

oleh Moch Harunsyah diperbarui 29 Jul 2019, 22:33 WIB
banner grafis Harimau Bonita (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Riau - Setelah serangkaian proses penyelamatan, harimau Sumatera bernama Bonita dan Atan Bintang akan dikembalikan ke habitat alaminya di Riau.

Bonita merupakan harimau Sumatera betina yang diselamatkan dari areal kebun PT.TH Indo Plantations Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir 3 Januari 2018 lalu. Sedangkan Atan Bintang yang berjenis kelamin jantan diselamatkan dari pemukiman warga 18 November 2018 di Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Darmasraya-Yayasan Arsari Djojohadikusumo (PR-HSD Yayasan Arsari), dan para pihak sebelumnya telah melakukan serangkaian proses rehabilitasi terhadap Bonita dan Atan hingga siap dilepasliarkan ke habitat aslinya.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KSDAE KLHK), Wiratno mengatakan, pelestarian satwa dapat berhasil apabila semua pihak bekerja bersama.

Menurutnya, data dari PVA harimau Sumatera menunjukan populasi harimau Sumatera di habitat alaminya tersisa 603 individu yang tersebar di 23 kantong habitat.

"Selain itu data dari Ditjen KSDAE menunjukkan lebih dari 50% populasi satwa dilindungi berada di luar kawasan konservasi baik di hutan produksi maupun hutan lindung," kata Wiratno, lewat keterangannya, Senin (29/7/2019).

Untuk itu, ujar dia, upaya perlindungan menjadi penting untuk dilakukan oleh semua pihak seperti pengelola konsesi, pemerintah daerah, masyarakat adat, dan juga LSM.

"Kita harapkan mulai saat ini, satwa liar dilindungi termasuk harimau sumatera yang berada di luar kawasan konservasi dapat terlindungi seperti halnya satwa liar lainnya di dalam kawasan konservasi. Semangat bekerja bersama menjadi kunci untuk sinergi selanjutnya," ujar Wiratno.


Diharapkan Mengembalikan Jumlah Populasi

Bonita dan Atan Bintang Siap Kembali ke Hutan (Liputan6.com/Moch Harunsyah)

Penggagas dan pendiri PR-HSD, Hashim Djojohadikusumo, menyatakan jika PR-HSD berkomitmen untuk terus membantu pemerintah melestarikan dan menambah jumlah populasi harimau Sumatera.

Hashim menambahkan, sejak diresmikan oleh Menteri LHK 29 Juli 2017, PR-HSD telah melakukan rehabilitasi terhadap 6 individu harimau dimana 4 individu berhasil dilepasliarkan ke habitat alaminya. Dan 29 Juli juga diperingati menjadi Global Tiger Day.

"Saat ini kami masih merawat satu harimau Sumatera yang baru saja diselamatkan dari Padang Lawas, Sumatera Utara. Harimau Sumatera merupakan simbol kelestarian ekosistem dan keberadaannya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitat masih terjaga," kata Hashim.

Sementara Kepala Balai KSDA Sumatera Barat, Erly Sukrismanto, mengatakan bahwa upaya konservasi memerlukan peran banyak pihak. Untuk itu, BKSDA Sumatera Barat terus bekerjasama dengan UPT KLHK lainnya dan mitra dalam menyelamatkan satwa liar dilindungi khususnya harimau Sumatera.

"Pelepasliaran harimau Sumatera kali ini merupakan yang ketiga kalinya KSDA sumatera barat bekerjasama dengan PRHSD berhasil melepasliarkan 4 harimau hasil rehabilitasi," ucap Erly.

Nantinya, Erly menjelaskan, pelepasliaran ini dilengkapi dengan pemasangan GPS Collar sumbangan dari Yayasan ARSARI Djojohadikusumo yang berfungsi untuk memantau Bonita dan Atan Bintang. Dari data GPS Collar tersebut, pihaknya akan mengetahui pergerakan satwa untuk melihat home range serta adaptasi harimau di habitat barunya.

"Balai KSDA Sumatera Barat bersama Balai Besar KSDA Riau yang akan melakukan pemantauan harimau Sumatera tersebut pasca dilepasliarkan," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar KSDA Riau, Suharyono, menambahkan jika Tim BBKSDA Riau dan mitra telah melakukan kajian untuk calon lokasi pelepasliaran harimau Sumatera tersebut.

"Kami mempertimbangkan lokasi pelepasliaran yang jauh dari pemukiman dan masyarakat, ketersediaan mangsa yang cukup, serta tingkat ancaman yang rendah," imbuh Suharyono.

Suharyono berharap, pelepasliaran harimau sumatera di Provinsi Riau diharapkan bisa mengembalikan jumlah populasi harimau Sumatera di wilayah ini untuk menjaga kelestarian harimau Sumatera di habitat alaminya.

Secara total, pelepasliaran kedua harimau ini menambah jumlah harimau rehabilitasi dari PRHSD yang akan dilepasliarkan ke habitat alaminya menjadi 4 individu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya