Liputan6.com, Pontianak - Akademisi Fisipol Universitas Tanjungpura Pontianak, Erdi, menegaskan sudah saatnya 'setop' korban akibat permainan layangan di Kalimantan Barat terutama di Kota Pontianak. Ancaman layang-layang sudah menjadi masalah lama, tetapi belum diatasi dengan maksimal.
"Di musim kemarau seperti saat ini selain bencana kabut asap dan kekeringan, masih ada satu fenomena yang sering menghantui warga kota. Bencana dimaksud adalah layangan atau layang-layang bertali kawat atau bergelas kaca," katanya di Pontianak, Selasa (30/7/2019), dilansir Antara.
Menurut dia, dampak permainan tersebut bukan hanya mengganggu suplai kelistrikan, tetapi sudah sering memakan korban jiwa. Ini harus menjadi perhatian semua pihak.
Dosen Fisipol yang juga Staf Ahli Wakil Rektor Untan Bidang Kerjasama, mengidentifikasi bahwa paling tidak terdapat tiga hal yang saling mendukung meningkatnya permainan layang-layang.
Baca Juga
Advertisement
Pertama, embusan angin laut menuju darat pada musim kemarau menjadi faktor utama terjadinya permainan layang-layang.
Kedua, musim libur sekolah atau masa awal memasuki sekolah di mana frekuensi belajar anak belum penuh sehingga waktu anak banyak tersisa pada sore hari.
Ketiga, kendornya pengawasan lingkungan dan orangtua sehingga permainan layangan di kalangan anak tidak terkontrol.
"Saya dan kita semua tahu bahwa layangan di Kota Pontianak dan Kubu Raya tidak saja dimainkan oleh kalangan anak-anak. Orang dewasa dan bahkan juga orang tua pun menyenangi permainan itu," papar dia.
Dari pengamatan dia, ketika layangan dimainkan secara normal menggunakan benang nilon tanpa tali kawat dan tanpa gelasan dianggap tidak seru.
Pikiran pemain layang-layang, mulai dari anak-anak hingga dewasa dan orang tua adalah beradu layangan atau sering disebut "besaok". Sehingga benang layangan dilengkapi dengan tali kawat dan gelasan kaca agar dapat memenangkan peraduan.
"Namun, layangan yang menggunakan tali gelasan dan tali kawat telah banyak menimbulkan korban jiwa ketika pengendara sepeda motor menabrak lintasan benang gelasan dan atau tali kawat yang putus," katanya.
Sementara benang bertali kawat dari layangan kalah itu, selain rawan bagi pengendara motor, juga menjadi ancaman terhadap jaringan listrik di Kalbar.
Oleh karena itu, mari ia mengajak semua pihak dengan peran masing-masing untuk menghentikan korban layangan dengan cara meningkatkan kendali pada lingkungan dan anak-anak.
"Saran saya bentuk grup WA di masing-masing RT, intens berkomunikasi di dalam grup itu, razia warga bersama RT atas laporan pemain layangan bertali kawat dari luar, cegah anak bermain layangan dengan tali kawat. Dengan empat tindakan kecil ini, semoga dapat menghentikan adanya korban permainan adu layangan bertali kawat dan bergelas kaca di lingkungan masing-masing," saran dia.
Simak video pilihan berikut ini: