Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Imam Nahrawi mengunjungi lokasi pendidikan dan pelatihan (diklat) Paskibraka Nasional 2019 di PP-PON, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (30/7/2019).
Sesampainya pukul 12.40 WIB, Menpora langsung memasuki ruang makan. Saat itu, para calon anggota Paskibraka Nasional 2019 tengah makan siang.
“Bagaimana kalian, semuanya sehat? Sudah makan siang?” kata Imam kepada para peserta di ruang makan.
“Siap, sehat. Siap, sudah,” jawab peserta dengan lantang.
Baca Juga
Advertisement
Imam pun mengangguk puas. Dia menyampaikan, Paskibraka Nasional 2019 harus tetap menjaga semangat dan serius berlatih.
Hal ini agar mereka siap mengawal bendera merah putih saat Upacara Kemerdekaan 17 Agustus nanti di Istana Merdeka, Jakarta.
“Saya berdoa bahwa kalian harus menjadi generasi yang baik, punya integritas lebih disiplin, lebih solider, respekt, dan punya tanggung jawab terhadap masa depan,” katanya.
“Suasana diklat ini harus lebih baik, lebih maksimal, lebih sempurna. Lebih semangat lagi, lebih senang, lebih kompak, karena gerakan satu inci itu akan mempengaruhi kekompakan, kebersamaan, dan keindahan dari gerakan itu semua,” Imam melanjutkan.
Saksikan Video Menarik Terkait Paskibraka Nasional
Suntikan Semangat untuk Paskibraka Nasional 2019 dari Penyandang Difabel
Selain menyemangati peserta Diklat Paskibraka 2019, Imam juga mengundang seorang penyandang disabilitas yang telah banyak berprestasi untuk memotivasi para peserta. Dia adalah Anjas Pramono, mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw).
Menurutnya, para seluruh calon anggota Paskibraka Nasional 2019 harus bisa memacu diri mereka agar menjadi lebih baik lagi. Bila dia saja mampu tidak terkekang kekurangannya, pastinya para peserta juga bisa terus bersemangat latihan.
“Jad, intinya adalah tidak ada yang tidak mungkin, karena di sini saya adalah orang yang benar-benar jauh, dari pelosok, kota sangat kecil, tapi ternyata saya bisa mewujudkan cita-cita dengan kerja ikhlas dan kerja cerdas,” katanya.
Anjas sendiri telah diundang oleh salah satu universitas terkenal di Amerika sekaligus Gedung Putih (White House) untuk mempresentasikan aplikasi untuk keperluan disabilitas ciptaannya.
“Saya buat lima aplikasi, di mana tiga itu concern dengan isu disabilitas. Salah satunya bisa convert dari Bahasa Indonesia dan Inggris jadi bahasa isyarat,” Anjas mengakhiri.
Advertisement