Liputan6.com, Jakarta - Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto mengatakan, sumber polusi udara di Jakarta sebenarnya sudah jelas. Salah satunya dari asap kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, lebih mudah untuk mencari jalan keluar guna mengurangi polusi tersebut.
Advertisement
"DKI itu sudah jelas sumber polusinya besar oleh karena itu kalau mau mengurangi polusi kurangilah sumbernya pertama, sumbernya kurangi penggunaan mobil-mobil berbahan dasar fosil dikurangi, mobil pribadi yang angkutan pribadi dikurangi. Angkutan umum digalakkan. Kalau itu berhasil maka saya kira ini sangat signifikan," ucap Tri di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Menurut dia, jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berhasil mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum, polusi dapat turun sekitar 40-50 persen.
Namun, lanjut dia, kemampuan atmosfer juga berpengaruh pada kualitas udara Jakarta. Kemampuan atmosfer ini berbeda-beda pada setiap musimnya.
"Pembersihnya kalau musim hujan hujan akan berlipat, atau pembersih yang sangat kuat. Begitu musim kemarau faktor pembersihnya enggak ada," kata Tri.
Oleh karena itu, menghijaukan Jakarta menjadi kuncinya. Salah satunya dengan menanam pohon yang tinggi penyerapan polusi udaranya.
"Bukan sekedar tumbuhan lidah buaya, lidah mertua, lidah keponakan, dan sebagainya. Tapi tumbuh-tumbuhan yang punya kemampuan tinggi untuk menyerap karbon di seluruh gedung-gedung. Kemudian juga semua gedung punya sirkulasi air yang baik kayak pancuran," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kualitas Udara Jakarta Kembali Buruk
Kualitas udara di wilayah Jakarta pada Selasa (30/7/2019) pagi ini masuk kategori tidak sehat. Pada pukul 06.00 WIB pagi, tercatat 189 dengan parameter PM2.5 konsentrasi 128,4 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.
Bahkan, kualitas udara di wilayah Pejaten Barat, Jakarta Selatan lebih buruk lagi, yakni mencapai 197 dengan parameter PM2.5 konsentrasi 144,7 ug/m3.
Dilansir Antara, kualitas udara kotor juga terpantau di Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat dengan angka 180 parameter PM2.5 konsentrasi 144,7 ug/m3 atau kategori tidak sehat.
Dengan angka itu untuk rata-rata wilayah, kualitas udara Jakarta pagi ini masuk kategori tidak sehat dan bisa meningkatkan gangguan pada jantung serta paru-paru.
Kelompok sensitif mempunyai risiko tinggi terganggu kesehatannya akibat kualitas udara buruk saat ini. Selain itu, AirVisual juga mencatat kelembapan ibu kota Jakarta 94 persen dan kecepatan angin 1,8 kilometer per jam.
Advertisement