Hebat, Industri Kereta Api Dunia Bergantung pada BUMN Indonesia

BUMN Indonesia punya peran penting bagi kereta api dunia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Agu 2019, 10:00 WIB
Sejumlah penumpang menunggu kereta di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (29/11). PT KAI Daop 1 Jakarta akan mengoperasikan 11 KA tambahan tujuan Solo, Bandung, dan Cirebon yang dimulai pada 29 November hingga 4 Desember 2017. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Cilegon - Kultur kereta api Jepang memang telah menjadi teladan di dunia, namun siapa sangka bahwa Indonesia menjadi salah satu penyokong dunia perkeretaapian dunia?

PT Barata Indonesia (Persero) merupakan salah satu dari sedikit pembuat bogie di dunia. Bogie merupakan komponen sistem kesatuan roda pada kereta api dan Barata menjadi pengekspor utamanya.

"DNA Barata ini kan manufaktur. Saya bersyukur Barata punya dua produk kebanggan ekspor. Satu komponen turbin, satu lagi di bogie, karena bogie ini uniknya yang produksi cuman tiga: India, China, dan Indonesia yang punya Barata," ujar Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Oksarlidady Arifin kepada Liputan6.com, Selasa (30/7/2019) di Cilegon.

Dua negara yang sudah menjadi pelanggan Barata Indonesia adalah Kanada dan Meksiko. Selain itu, gerbong yang diimpor PT Inka ke Bangladesh, Sri Lanka, dan Filipina juga menggunakan bogie dari Barata.

"Selama masih ada railway di dunia ini, ya cuman tiga yang bisa produksi di dunia. Dari tiga ini alhamdulilah Indonesia atau Barata mendapat porsi yang paling besar," jelas dirut yang akrab disapa Dady itu.

Dady tidak mengungkap berapa market share Indonesia dalam penjualan bogie, tetapi ia menyebut makin banyak pesanan ke Indonesia yang sebelumnya memilih pesan ke India. Beberapa faktor yang menurut Dady ikut berkontribusi adalah kualitas, delivery time, dan harga.

Pendapatan Barata Indonesia dari ekspor bogie pun cukup signifikan, yaitu hingga Rp 600 miliar. Produk bogie untuk kereta api ini pun dijadikan ikon bagi pabrik Barata di Gresik, sama halnya seperti komponen turbin yang menjadi ikon di pabrik Cilegon.

Ikon turbin di kantor PT Barata Indonesia (Persero) di Cilegon. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Gandeng KAI dan INKA, Waskita Karya Ekspansi Bisnis ke Filipina

Sonar Bangla Express, kereta api super kuat buatan PT Inka yang diekspor ke Bangladesh. (Liputan6.com/Afra Augesti)

PT Waskita Karya (Persero) Tbk akan melebarkan sayap bisnis dengan berekspansi ke Filipina. Menggandeng PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) dan PT INKA (Persero), emiten dengan kode perdagangan WSKT tersebut menyasar proyek pembangunan kereta api di negara tetangga tersebut.

Direktur Utama Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra mengatakan, perusahaan akan mengekspor pengalaman sukses membangun proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) di Palembang ke Filipina.  

"Kita keluar negeri ada konsep kerjasama dengan teman-teman di kereta api. Pengalaman di Palembang kita mau ekspor," ujarnya saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Adapun dalam kolaborasi ini, tukas Gusti, perseroan akan mengerjakan infrastruktur kereta api antara lain rel hingga stasiun. Adapun INKA bertindakn sebagai produsen kereta dan KAI operatornya.

"Jadi infrastruktur sipilnya ada (Waskita), rolling stocknya dari Inka, operatornya dari KAI. kita sudah menjajaki di Philipina untuk cari mulai pertama untuk kita bisa ekspor," paparnya.

Dia menambahkan, untuk pendanaannya sendiri berasal dari pinjaman dari Eximbank dan beberapa bank lainnya. Namun ia belum memaparkan lebih lanjut porsi masing-masing pinjaman tersebut.

"Pendanaannya dari Eximbank, itu kita masih jajaki. Nilainya belum ada masih kita cari," pungkasnya.


BUMN Bakal Investasi Kereta Api dan Tambang Emas di Afrika

Ilustraasi foto Liputan 6

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, PT INKA dan PT Timah akan berinvestasi di Afrika. Investasi yang dilakukan nanti terkait kereta api dan tambang emas.

"Ini mau baru. Jadi pertama mengenai kita di Sudan sama di Madagaskar. Madagascar itu kereta api, kemudian di Sudan tambang emas. Tambang, PT Timah, ada tambang crome, ada tambang emas dan macam macam," ujarnya di Kemenlu, Jakarta, Rabu, 24 Juli 2019.

Fajar mengatakan, selain dua BUMN itu, masih ada BUMN lain seperti anak usaha Garuda Indonesia yaitu GMF AeroAsia Tbk serta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang akan menandatangi 4 perjajian kerjasama. Rencana ini akan dibahas dalam pertemuan dengan Afrika di Bali pada 20-21 Agustus mendatang.

"GMF mau nambah lagi di Nigeria. Akan baru, kemudian nanti LPEI akan tandatangan 4 macam-macam aku tidak tahu. Nanti persiapan dulu, masih diomongin. Nanti akan diberesin. Nanti yang jelas untuk di Bali nah sudah pasti," jelasnya.

Sejauh ini, kata Fajar, sudah banyak BUMN Indonesia yang berhasil berinvestasi di Afrika. Beberapa di antaranya, Aljazair, Senegal dan Nigeria.

"Kita ada Wika di Aljazair, ada Wika di Nigeria, kemudian kita sudah ngirim pesawat terbang ke Senegal, kemudian Timah sudah mulai kerja di Nigeria. Jadi ada beberapa. GMF sudah ada di Nigeria. Nanti akan bikin baru lagi," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya