Waspada, Polusi Udara Berisiko Sebabkan Kanker Paru

Studi yang dilakukan di RS Persahabatan Jakarta menemukan, 4 persen dari kasus kanker paru yang mereka tangani terkait dengan polusi udara

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Agu 2019, 07:00 WIB
Penampakan polusi udara di langit Jakarta Utara, Senin (29/7/2019). Kualitas udara Jakarta pagi ini berada pada posisi tidak sehat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Polusi udara punya risiko meningkatkan seseorang terkena kanker paru. Meski angka risikonya tidak besar tetap saja bisa berdampak buruk bagi seseorang.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto mengatakan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta menemukan, polusi udara menyumbang empat persen dari kasus kanker paru.

"Penelitian tersebut dilakukan tahun 2013, tentunya tahun 2019 bisa lebih besar," kata Agus dalam konferensi pers di kantor PDPI, Jakarta pada Rabu (7/31/2019).

Dia menambahkan, beberapa penelitian berskala kecil di Indonesia juga menemukan bahwa polusi udara berhubungan dengan masalah kesehatan paru.

Beberapa masalah tersebut di antaranya adalah penurunan fungsi paru (21 sampai 24 persen), asma (1,3 persen), PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (prevalensi 6,3 persen pada bukan perokok), dan 4 persen dari kasus kanker paru.

Agus mengatakan, masih dibutuhkan kajian berskala besar untuk benar-benar melihat dampak polusi udara pada warga Jakarta secara keseluruhan.


Data WHO Ungkap Angka Kematian Akibat Polusi Udara

Penampakan polusi udara di langit Jakarta Utara, Senin (29/7/2019). Buruknya kualitas udara Ibu Kota disebabkan jumlah kendaraan, industri, debu jalanan, rumah tangga, pembakaran sampah, pembangunan konstruksi bangunan, dan Pelabuhan Tanjung Priok. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Data dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperkirakan penyakit tidak menular seperti stroke, jantung iskemik, PPOK, dan kanker paru yang terkait dengan polusi udara, menyebabkan 62 ribu kematian di Indonesia pada 2012.

Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa 92 persen penduduk dunia menghirup udara berkualitas buruk. Mereka menyatakan bahwa setidaknya, ada tujuh juta kematian setiap tahunnya (dua juta di Asia Tenggara) yang berkaitan dengan polusi udara baik di luar maupun dalam ruangan.

"Seringkali polusi hanya diasumsikan dengan udara di luar ruangan, padahal dalam ruangan ada," kata Agus.

Data WHO menyatakan, polusi udara di seluruh dunia juga berkontribusi pada 25 persen pada seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru, 17 persen penyakit dan kematian akibat ISPA, 16 persen penyakit dan kematian akibat stroke, 15 persen penyakit dan kematian akibat penyakit jantung iskemik, dan 8 persen penyakit dan kematian akibat PPOK.

Berdasarkan laman pemantau kualitas udara Air Visual, kualitas udara di Jakarta masih menempati lima besar terburuk di dunia. Pada pukul tiga sore WIB, indeks kualitas udara menempatkan ibukota Indonesia ini di peringkat ketiga dengan angka 155.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya