Jakarta Tottenham Hotspur memang sudah lama tidak merebut gelar juara. Terakhir, The Liliwhite buang kesempatan itu saat kalah 0-2 dari Liverpool di final Liga Champions musim lalu.
Di Liga Inggris, Tottenham Hotspur juga belum jadi juara namun konsisten di lima besar. Torehan ini pantas diapresiasi.
Baca Juga
Advertisement
Sukses Harry Kane cs. lolos ke final Liga Champions musim lalu mempertegas status mereka sebagai tim elite.
Musim panas ini membuat Tottenham Hotspur bergerak cepat di bursa transfer. Spurs mendatangkan pemain Lyon, Tanguy Ndombele dan pemain Leeds United, Jack Clarke. Mauricio Pochettino fokus menambal kelemahan timnya agar bisa kompetitif di pentas Liga Inggris.
Pelatih asal Argentina itu bisa dibilang sukses membentuk tim solid dengan poros kekuatan pemain-pemain belia. Kalaupun Tottenham belum meraih satu gelar juara, hanya masalah waktu saja Pochettino bakal angkat trofi.
Melihat soliditas tim dan tak banyaknya perubahan yang dilakukan rasanya Tottenham Hotspur layak diperhitungkan dalam persaingan papan atas Premier League. Ada sejumlah alasan yang mendukung analisis tersebut. Simak di bawah ini:
Punya Lini Tengah yang Kuat dan Banyak Gelandang Serbabisa
Lini tengah Tottenham Hotspur dikenal solid dan amat lentur. Sistem permainan yang dibangun Mauricio Pochettino membuat talenta individu gelandang Spurs tereksploitasi dengan baik.
Menggunakan patron dasar 3-5-2, 4-2-3-1, atau 4-4-2 (berlian), sekumpulan pemain pilar Spurs membuat mesin permainan timnya berjalan dengan energik.
Harry Kane, Son Heung-min, Christian Eriksen, Dele Alli, Lukas Moura, Harry Winks, figur permainan yang membuat permainan Tottenham bertenaga, terutama dari sisi ofensif.
Spurs terlihat tetap solid sekalipun salah satu pemain penting absen tak turun bertanding. Sistem permainan kolektivitas mereka amat kuat.
Harry Kane memang jadi andalan menjebol gawang lawan, namun tanpa dia pemain lain bisa menjalankan tugas sebagai pencetak gol.
Advertisement
Sebaran Gol yang Merata
Harry Kane telah menjadi pencetak gol terbanyak Tottenham selama lima musim terakhir. Ia konsisten mencetak lebih dari 20 gol setiap musim.
Ia tidak sendirian jadi mesin gol. Eriksen menyumbang gol sekurangnya 10 gol buah per musim. Son kini juga jadi figur sentral di skema ofensif, rata-rata ia menyumbang 15 hingga 20 gol.
Di sisi lain, Dele Alli, Nacer Chadli, Erik Lamela, dan Lucas Moura juga bisa diandalkan sebagai pemain pemecah kebuntuan. Spurs secara konsisten memastikan mereka memiliki 4 atau 5 peluang emas dari pemain-pemain berbeda dengan sistem permainan mereka yang terbuka.
Belajar Banyak dari Kelemahan Musim Lalu
Musim lalu, Spurs mencatatkan kemenangan terbanyak ketiga setelah Manchester City dan Liverpool.
Mereka mencetak gol terbanyak keempat, termasuk di antara 5 klub dengan pertahanan terbaik, dan juga ada di jajaran 5 besar tim paling rajin melepaskan tembakan ke arah gawang lawan.
Pada awal Februari 2019, Spurs membuntuti City dan Liverpool dengan perbedaan 5 poin saja. Serangkaian hasil jelek (4 kekalahan dan sekali imbang) mulai periode akhir Februari hingga sepanjang bulan Maret membuat mereka terlempar dari persaingan perburuan gelar Premier League.
Tottenham agaknya sudah belajar banyak dari kelemahan musim lalu. Mauricio Pochettino punya PR untuk menjaga keseimbangan permainan saat para pemainnya didera kelelahan.
Sumber: Sportskeeda
Advertisement