Liputan6.com, Jakarta Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supari menyatakan, kekeringan terjadi di seluruh selatan Indonesia. Terutama daerah-daerah seperti Jawa, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara.
"Saat ini kita masih dalam musim kemarau. Angin masih banyak bertiup dari timur. Perkiraan curah hujan lebih banyak di utara. Di selatan kering," tutur Supari di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (31/7/2019).
Advertisement
Menurut Supari, wilayah Indonesia yang paling lama terdampak kemarau ialah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Daerah itu, jelas Supari, telah selama 137 hari tanpa hujan.
"Saya ulangi 137 hari tanpa hujan di Nusa Tenggara Timur," tegasnya.
Berbeda dengan di selatan, wilayah utara Indonesia yang meliputi Sumatera bagian utara dan juga Kalimantan bagian utara, serta Papua, kata Supari, lebih lembab sedikit. Meskipun begitu, secara keseluruhan curah hujan di Indonesia di bawah keadaan normal atau bisa disebut kering. Begitu pula prediksi di bulan depan.
"Sepanjang Agustus curah hujan di Indonesia di bawah normal," kata Supri.
"88 persen jadi zona musim di Indonesia sudah kemarau," lanjut Supri.
Pengaruh El Nino Mengecil
Kecilnya curah hujan di Indonesia, menurut Supri, sedikit banyak disebabkan karena mengecilnya pengaruh fenomena El Nono.
"Tahun ini sedang dalam El Nino lemah. Pengaruh dari anomali iklim global ini semakin menurun terhadap Indonesia," jelas Supri.
Kendati begitu, Supri menginginkan bahwa ada wilayah yang masih akan terdampak curah hujan cukup lebat, yakni di wilayah Papua. Ia pun mengimbau supaya warga Papua mewaspadai hal itu.
"Kewaspadaan hujan lebat di wilayah papua. Di wilayah-wilayah lain nampak mudah (terjadi) kebakaran lahan dan hutan, seperti Aceh, Bangka, Riau dan lainnya," tutup Supri.
Advertisement