Liputan6.com, Cirebon - Jodi (7) tampak semringah ketika sinar matahari pagi menerpa wajah mungilnya. Bocah asal Dusun Pahing Desa Margabakti Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan Jawa Barat itu semangat menyiapkan segala keperluannya untuk bersekolah.
Jodi seakan mendapat suntikan energi begitu pihak SD Negeri Margabakti mengizinkannya bersekolah. Tidak heran, karena keinginan kuat Jodi untuk menimba ilmu di bangku sekolah terkendala dengan kondisi ekonominya. Dia merupakan anak yatim yang tinggal bersama kakek dan neneknya Rakum (62) dan Sati (60).
Baca Juga
Advertisement
Rumah Rakum berada di perbukitan, jaraknya sekitar satu kilometer dari SDN Margabakti. Kondisi rumah Rakum tak layak huni, bahkan tidak memiliki kamar mandi.
Penerangan rumah Jodi dibantu dengan aliran listrik dari rumah warga sekitar. Jika ingin mandi, Jodi maupun kakek dan neneknya harus mengambil air dari bawah.
Rakum dan Sati bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Keluarga Rakum dan Sati tak pernah mengenyam pendidikan hingga lulus karena faktor ekonomi.
Namun, semangat Jodi ingin bersekolah mendapat respon positif dari pihak sekolah. Pihak SD Negeri Margabakti merasa iba melihat kondisi Jodi.
Kepala Sekolah SD Margabakti Kuningan Jawa Barat Edi Junaedi mengatakan, Jodi sering main ke sekolah. "Main saja ke sekolah main dengan siswa lain kadang ke PAUD," kata dia, Rabu (31/7/2019).
Dia berpakaian seadanya tanpa alas kaki bermain dengan siswa SD Margabakti. Keseharian Jodi membuat pihak sekolah iba dan mengajak Jodi untuk bersekolah.
Tanpa berpikir panjang, Jodi langsung menyetujui tawaran yang diberikan pihak sekolah. Pihak guru rela membantu mengurus kebutuhannya hingga memandikan Jodi di sekolah sebelum masuk kelas.
"Saat itu juga saya langsung mengambil batangan pohon cengkih untuk mengukur sepatu Jodi. Dibantu para guru membeli semua kebutuhan sekolah mulai dari atas sampai bawah," ujar dia.
Belakangan nama Jodi mendadak viral di media sosial setelah salah seorang gurunya Atun Rohayatun membagikan pengalaman harunya di akun Instagram miliknya @rohayatun7. Unggahan Atun dibanjiri komentar positif.
Memungut Cengkih
Edi mengatakan, Jodi tengah memungut cengkih saat dia mengajaknya untuk bersekolah. "Memungut cengkih terus dijual uangnya untuk jajan sendiri," kata dia.
Keputusan sekolah membiayai Jodi bersekolah dianggap tepat. Menurut dia, Jodi merupakan anak yang aktif dan memiliki potensi. Jodi anak yang mudah bergaul meski dia mendadak jadi pendiam jika ada orang baru yang menyapa dan mengajak bicara.
"Tidak ada masalah apa pun dalam diri Jodi alias normal semua kemudian usia Jodi juga memang cukup untuk bersekolah. Saya sendiri yang nunggu orangtuanya datang daftarkan anaknya saat PPDB tapi tidak datang. Minggu pertama masuk sekolah Jodi tidak main ke sini. Pas minggu kedua datang memungut cengkih di sekolah langsung saya datangi dan ajak sekolah dan Alhamdulillah mau anaknya," kata dia.
Edi mengaku sering mengamati aktivitas Jodi sebelum diajak bersekolah. Jodi kerap memungut cengkih di halaman sekolah. Cengkih tersebut ditaruh di gelas kemasan air mineral bekas untuk dijual kembali.
Edi menaruh harapan terhadap Jodi agar terus memiliki semangat belajar. Pihak sekolah membantu memberikan uang saku untuk jajan Jodi sehari-hari. "Pokoknya kita bantu bagaimana caranya agar semangat Jodi tetap terjaga. Salah satunya dibantu anggaran untuk jajan Jodi kita anggarkan Rp5 ribu per hari," ujar dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement