Cabai dan Emas jadi Penyumbang Utama Inflasi Juli 2019

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama Juli 2019 sebesar 0,31 persen yang didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Agu 2019, 12:00 WIB
Permintaan yang banyak untuk cabai di awal ramadan membuat harga cabai mengalami kenaikan, Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Jumat (19/6/2015). Harga Cabai Rawit naik dari harga Rp16 ribu menjadi Rp20 ribu/kg. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama Juli 2019 sebesar 0,31 persen. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan inflasi yang terjadi pada Juli 2019 ini salah satunya disebabkan oleh kenaikan seluruh komponen bahan makanan. Komoditas dominan yang memberi andil infalsi yakni adalah cabai merah yang menyumbang sebesar 0,20 persen, dan cabai rawit sebesar 0,06 persen

"Jadi ketergantungan kita ke cabai ini luar biasa karenanya perlu di ulang-ulang disamapaikan pakai cabai kering bisa enggakyah. Tapi perlu diarahkan ke sana katena sifat tanaman cabai mudah busuk. Jadi itu yang pengaruhi utama," kata Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Kamis (1/8).

Kemduian penyebab lain terjadinya inflasi yakni di sektor sandang dengan menyumbang andil sebesar 0,70 persen. Di mana sumbangan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan yang diikuti oleh harga internasional yang terjadi di 76 kota IHK. "Ini menyebabkan sandang inflasi 0.70 persen dan andilnya emas 0.04 persen," imbuhnya.

Di samping itu, sektor pendidikan pun turut andil dalam menyumbang terjadinya inflasi pada Juli 2019 sebesar 0,92 persen. Adapun andil inflasi pada sektor ini sebesar 0,07 persen disebabkan pengeluaran uang sekolah di tingkat SMA/SMK

"Bisa dipahami ketika kita hitung inflasi termasuk sekolah-sekolah swasta terjadi untuk pendidikan sumbangan 0.07 persen," sebutnya.

Sementara itu, salah satu pendorong terjadinya deflasi yakni disebabkan oleh beberapa komponen yang turun. Misalnya bahan makananan seperti bawang merah dan bawang putih serta alat trasnportasi.

"Di transportais satu-satunya kelompok yang alami deflasi. Yang sebabkan deflasi terjadi penuruna tarif angkutan antar kota yang sumbangannya 0.04 persen karena ramadhan sudah berakhir," katanya.

Tak hanya, pada transportasi darat, sumbangan deflasi ini juga disebabkan oleh sektor penerbangan udara. Di mana sejak adanya kebijakan diskon tarif tiket pesawat yang dierlakukan di jam dan hari tertentu berdampak signifikan pada penerbangan udara.

"Sehingga penurunan tiket pesawat terjadi di 41 kota defasi begitu juga andilnya 0.01 persen," katanya.

"Jadi penyebab utamanya inflasi adalah harga cabai merah, harga emas dan satu lagi uang sekolah menengah ke atas. Deflasi ada penurun harga komoditas makanan bawang merah dan putih dan juga tarif angkutan darat udara maupun kereta api," pungkasnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pemerintah Targetkan Inflasi 3 Persen di 2020

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Pemerintah Indonesia mematok target inflasi untuk tahun depan atau 2020 berada di kisaran angka 3 persen. Angka ini dipatok lebih kecil dari target yang ditetapkan pada tahun ini sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen.

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution , mengatakan angka yang ditargetkan tersebut sudah dalam pertimbangan matang. Sebab, untuk mematok angka 3,0 persen pemerintah lebih dulu berkaca pada perkembangan inflasi yang terjadi dari tahun-ketahun selalalu terjaga dengan baik.

"Kita semua tahu bahwa inflasi kita cukup bisa dikendilikan dalam beberapa tahun terkahir dan ke depan targetnya akan gerak turun. Tahun depan 3,0 persen plus minus 1 persen," kata Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasuition, saat ditemui di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (25/7/2019).

"Sehingga kita memang perlu turus menerus melakukan hal-hal untuk mendorong inflasi makin lama makin rendah. Walaupun kalau dibilang rendah kita targetnya bukan 0," sambungnya.


Strategi Pengendalian Inflasi

Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menko Darmin melanjutkan, untuk mendukung target tersebut maka apa yang sudah dilakukan pemerintah ke depan melalui strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif) akan terus dilanjutkan untuk menjaga capaian inflasi.

"Ke depan, pemerintah daerah diharapkan semakin berperan aktif mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun serta melakukan inovasi pengendalian inflasi," katanya

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi selama bulan Juni 2019 sebesar 0,55 persen, Untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Juni 2019 mencapai 2,05 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 3,28 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya