China dan AS Siap Berunding Perang Dagang pada September 2019

China dan AS, negara yang sedang dilanda perang dagang, dikabarkan akan melanjutkan perundingan pada September tahun ini.

oleh Afra Augesti diperbarui 01 Agu 2019, 15:47 WIB
Presiden AS, Donald Trump menjabat tangan Presiden China, Xi Jinping saat jamuan makan malam di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Kedua pemimpin negara tersebut diagendakan akan menghabiskan waktu bersama secara privat. (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Washington DC - Pejabat perunding perdagangan Amerika Serikat dan China berencana untuk bertemu lagi pada awal September tahun ini, menurut sebuah laporan yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (1/8/2019).

Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, dan Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, mengakhiri pembicaraan dengan mitra-mitra China, termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He, pada Rabu kemarin di Shanghai.

Untuk dialog selanjutnya, Gedung Putih --dalam sebuah pernyataan-- menetapkan Washington sebagai lokasi berikutnya.

Istana kepresidenan AS tersebut juga menyebut, kedua pihak akan membahas permasalahan "konstruktif" soal "pemboikotan teknologi, hak kekayaan intelektual, layanan, batasan non-tarif, dan pertanian."

"Tiongkok mengkonfirmasi komitmen mereka untuk meningkatkan pembelian ekspor pertanian Amerika Serikat," menurut pernyataan Gedung Putih.

Para negosiator dari Beijing dan Washington membahas peningkatan impor produk pertanian China dari AS berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang menguntungkan dari AS. Demikian diwartakan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua.

Media tersebut menuliskan, dua negara yang saling berselisih ini harus bisa kembali bekerja sama daripada menyerang satu sama lain. Xinhua menambahkan, pembicaraan perlu dilakukan berdasarkan kesetaraan dan rasa saling menghormati.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Hasil Pertanian

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum melakukan pertemuan di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Isu perdagangan dan Korea Utara diperkirakan menjadi isu utama pembahasan kedua pemimpin negara tersebut. (AP Photo/Alex Brandon)

Pembicaraan terakhir berlangsung dengan latar belakang kontroversi baru Presiden Donald Trump yang, ketika para delegasi berkumpul pada Selasa, menuduh China tidak mau membeli produk-produk pertanian Amerika.

People's Daily, corong Partai Komunis, menanggapi Trump pada Rabu kemarin, dengan mengatakan bahwa China tidak berniat untuk "menjatuhkan" AS dan tidak akan pernah melakukannya.

Ia menambahkan, China tidak akan membuat konsesi terhadap prinsip-prinsip perdagangan negaranya.

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, membahas hambatan yang ditimbulkan akibat perang dagang, pada konferensi pers Rabu kemarin setelah bank sentral AS menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.

Efek sekunder dari persengketaan tersebut, terutama terhadap kepercayaan bisnis, memiliki dampak yang lebih besar pada ekonomi daripada tarif itu sendiri, kata Powell.

Perwakilan Amerika tiba di Shanghai pada Selasa dan menghadiri makan malam di Fairmont Peace Hotel pada malam harinya.

Menteri Perdagangan Tiongkok, Zhong Shan, memainkan peran yang penting dalam diskusi tersebut. Keterlibatannya telah menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa utusan AS, karena ia dianggap sebagai negosiator yang ulet.

Pada Rabu kemarin, juru bicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying, mengatakan dalam sebuah konferensi di Beijing bahwa tidak masuk akal bagi AS untuk melakukan penekanan maksimum untuk meredakan perang dagang.

"Cukup dengan menunjukkan ketulusan dan itikad baik, kami dapat mencapai kemajuan dalam pembicaraan perdagangan," katanya.


Ekspektasi Rendah

Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Harapan untuk mendatangkan terobosan baru dalam pembicaraan kedua, rendah. Kedua belah pihak kian menjauh ketimbang tiga bulan lalu, ketika negosiasi gagal dan masing-masing pihak menyalahkan pihak lain karena melecehkan upaya untuk mencapai kesepakatan.

China mendorong adanya kompromi dalam pembicaraan tersebut. Minggu ini, AS harus memenuhi "setengah jalan" dari kompromi yang dimaksud.

"Saya memiliki ekspektasi rendah dan masih kecewa," uajr David Dollar, seorang senior di Brookings Institution, mengatakan kepada Bloomberg TV pada Rabu, 31 Juli 2019. Menunda putaran pembicaraan berikutnya hingga September adalah indikasi bahwa tidak ada yang merasakan urgensi besar untuk mencapai kesepakatan.

Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping, tampak senang dengan adanya status quo sekarang, menurut Dollar. Ia melanjutkan, berharap adanya pembicaraan mendalam, karena kedua pihak berusaha untuk mencegah meningkatnya ketegangan perdagangan menjelang pemilihan presiden AS 2020.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya