Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyatakan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) kini telah sukses mengembangkan lumbung pangan berorientasi ekspor di wilayah perbatasan.
"Kami membangun lumbung pangan di perbatasan. Di Lingga (Kepulauan Riau), kemudian Belu (Nusa Tenggar Timur/NTT), lalu Merauke (Papua), kami bangun di perbatasan," ujar dia saat Rakornas Transmigrasi di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Dia menyebutkan, beberapa produk yang biasanya kerap diekspor seperti bawang merah dan jagung saat ini telah berhasil dikembangkan di lumbung pangan tersebut, sehingga bisa diekspor ke negara tetangga.
Baca Juga
Advertisement
"Jadi kalau mau ekspor, hanya dilempar ke tetangga. Kami berdiri di Indonesia, mereka perwakilan Papua Nugini berdiri di Papua. Hanya dilempar, tidak butuh biaya transport," ungkap dia.
"Kemudian kita tunjukan di Entikong. Ini kita ekspor ke Malaysia. Kita tanam di perbatasan, lempar, bisa sambil tanam sambil ekspor," dia menambahkan.
Pencapaian tersebut disebutnya ikut membantu catatan ekspor produk pertanian naik 100 persen dibandingkan 5 tahun sebelumnya. "Tapi kalau dibandingkan 70 tahun sebelumnya, naik 500 persen," sambungnya.
Lewat prestasi ini, ia pun berani mengumbar cita-cita bahwa pemerintah siap menjadikan Indonesia sebagai salah negara penyalur pangan terbesar di dunia.
"Mimpi besar kita, kami sudah membuat buku bersama pakar terbaik di Republik ini. Kami membuat grand design Indonesia, arah pembangunan pertanian di Indonesia. Mimpi kami 2045 Indonesia menjadi pengendali pangan dunia," pungkas dia.
Kementan Bantah Produk Pertanian China Banjiri Indonesia
Kementerian Pertanian (Kementan) membantah jika produk pertanianasal China membanjiri Indonesia. Sebaliknya, peningkatan kinerja ekspor pertanian ke sejumlah negara Asia, termasuk ke China berdampak positif pada neraca perdagangan nasional.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan, beberapa produk yang diekspor antara lain, berasal dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
"Contohnya adalah ekspor impor produk pertanian kita dengan Malaysia, dimana neraca dagang pertanian kita selalu positif atau surplus dalam 5 tahun terakhir. Untuk tahun 2019 sampai bulan Maret saja, neraca perdagangan komoditas pertanian Indonesia dengan Malaysia, kita surplus 480,442 ton, dengan nilai USD 241 juta," ujar dia di Jakarta, Jumat (21/6/2019).
Menurut Kuntoro, berdasarkan data, sampai Maret 2019 ekspor pertanian Indonesia ke Malaysia mencapai 513,917 ton, senilai USD 287 juta.
"Sementara, impor kita dari Malaysia sampai Maret 2019 hanya 33,476 ton, atau senilai USD 44 juta," lanjut dia.
Selain Malaysia, kata Kuntoro, tren yang sangat positif dan surplus ini juga terjadi pada kerjasama dagang dengan negara-negara lain di Asia seperti China, Jepang, Korea dan Filipina.
Adapun khusus untuk pasar China, nilai pasarnya masih potensial, terutama bagi produk pertanian Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari neraca perdagangan pertanian Indonesia-China pada 2018 yang mengalami surplus sebesar USD 2,265 miliar.
"Nilai ekspor pertanian Indonesia ke China pada tahun 2018 mencapai USD 4,025 miliar, atau meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan transaksi sebelumnya yang hanya USD 2,058 miliar," jelas dia.
Advertisement
Produk Andalan
Kuntoro mengatakan, ada lima produk pertanian yang menjadi andalan ekspor ke berbagai negara di Asia. Kelimanya masing-masing adalah kelapa sawit, karet, kelapa, produk hewan, dan kakao.
"Untuk kelapa sawit masih menjadi andalan kita karena nilainya yang cukup besar. Saat ini kita mencatat sudah sebanyak 3,935 juta ton kelapa sawit diekspor ke China dengan nilai transaksi mencapai USD 2,69 miliar," jelas dia.
Sebenarnya, lanjut Kuntoro, Indonesia masih memiliki potensi mengekspor produk pertanian ke China. Walaupun, sejumlah komoditas hortikultura dan perkebunan mengalami hambatan akses bea masuk yang masih tinggi, di samping adanya standar sanitary and phytosanitary (SPS) yang sulit dipenuhi oleh petani Indonesia.
"Surplusnya neraca perdagangan kita dengan China membuktikan bahwa perdagangan kita masih unggul dibanding mereka. Jadi tidak benar kalau ada yang menyebutkan bahwa produk pertanian China membanjiri pasar kita. Justru sebaliknya, produk pertanian kita yang membanjiri pasar mereka," tandas dia.