Liputan6.com, Kota Batu - Kebakaran Gunung Arjuno belum berhasil dipadamkan total. Bara api masih tetap menyala, berpotensi kembali memunculkan kobaran api besar bila angin bertiup kencang. Diperkirakan sudah lebih dari 300 hektar lahan dan hutan hangus terbakar.
Tim gabungan pemadam kebakaran Gunung Arjuno sampai kewalahan mengendalikan titik api. Jika tidak segera bisa dipadamkan, kebakaran lahan dan hutan di kawasan konservasi Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo ini bisa menimbulkan berbagai dampak.
Mulai dari potensi rusaknya berbagai keanekaragaman hayati flora dan fauna. Sampai potensi terjadinya bencana berupa banjir bandang dan longsor bila musim hujan tiba. Sebab banyak pepohonan yang berfungsi sebagai penyerap air sekaligus penyangga tanah sudah terbakar.
Baca Juga
Advertisement
Tim gabungan pemadam kebakaran Gunung Arjuno sudah menyiapkan skenario lanjutan operasi pemadaman. Berupa pemadaman dari udara menggunakan water bombing atau bom air. Helikopter untuk operasi ini akan tiba di Kota Batu pada Jumat, 2 Agustus 2019, siang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Suban Wahyudiono mengatakan, helikopter untuk operasi water bombing dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPNB) sudah bergerak dari Kalimantan menuju Kota Batu.
“Kalau tidak halangan dan cuaca baik insya allah Jumat operasi bisa dimulai. Tahura itu kan untuk konservasi, makanya harus segera diselesaikan,” kata Suban dikonfirmasi di Malang, Kamis, 1 Agustus 2019.
Operasi bom air ini juga melibatkan TNI AU di Landasan Udara Abdulrachman Saleh Malang untuk menentukan koordinat pendaratan helikopter. Serta Perum Jasa Tirta I untuk koordinasi lokasi pengambilan air di bendungan.
Ada tiga bendungan yang dipetakan yaitu Bendungan Selorejo, Karangkates dan Lahor. Ketiga bendungan ini dilihat potensi debit air dan jarak yang terdekat dengan lokasi kebakaran Gunung Arjuno. Jika berdasarkan jarak, Bendungan Selorejo jadi yang terdekat.
“Masih dikoordinasikan, apakah ada lokasi pengambilan air ada yang lebih dekat lagi,” tutur Suban.
Medan Terjal
Operasi pemadaman lewat udara itu sendiri karena sulit memadamkan kebakaran di Gunung Arjuno lewat jalur darat. Penyebabnya, titik yang terbakar berada di wilayah dengan ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Lokasinya cukup jauh, harus ditempuh antara 7-8 jam perjalanan. Belum lagi medan area yang curam dengan tingkat kemiringan lebih dari 60 derajat. Menyulitkan upaya pemadaman yang juga sangat terbatas tenaga personelnya.
“Personel yang punya kualifikasi untuk mampu mencapai lokasi kebakaran itu sangat terbatas,” kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Coirur Rochim.
Dengan situasi seperti itu, operasi pemadaman dari udara diharapkan jadi jurus terakhir dan bisa secepatnya dilaksanakan. Apalagi ada bara api mudah kembali berkobar jika angin bertiup sangat kencang. Kebakaran di Gunung Arjuno terjadi sejak Minggu, 28 Juli.
“Sementara ini pemadaman masih manual dengan membuat sekat bakar atau dibakar balik agar api tak merembet lebih jauh. Itu pun tidak semua area bisa diakses,” urai Rochim.
Luas kawasan Tahura Raden Soerjo mencapai 27.868,30 hektare. Wilayahnya mencakup lima administrasi pemerintahan yakni Kota Batu, Kabupaten Malang, Pasuruan, Mojokerto, Jombang, dan Kediri.
Secara topografi kawasan ini terdiri dari delapan gunung yaitu Gunung Arjuno, Anjasmoro, Kembar I dan II, Welirang, Ringgit, Argowayang, dan Gunung Gede. Di antara gunung itu, tertinggi adalah Gunung Arjuno dengan ketinggian 3.339 mdpl, lokasi kebakaran itu terjadi.
Tahura Raden Soerjo memiliki keanekaragaman hayati. Terdapat tiga tipe vegetasi yakni hutan alam cemara gunung, padang rumput, serta hutan hujan tengah. Dengan kekayaan jenis tumbuhan, kawasan konservasi ini jadi habitat yang baik bagi rusa sampai elang jawa.
Advertisement