Liputan6.com, Kuningan - Kegigihan dan semangat Jodi, bocah Kuningan, Jawa Barat, bersekolah di tengah kondisi ekonomi keluarga yang tak mampu tak lepas dari sikap mulia para guru di SDN Margabakti Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Semangat Jodi menjadi inspirasi para guru untuk lebih aktif dan inovatif memberikan pengetahuan di kelas. Nama Jodi mendadak viral setelah salah seorang gurunya, Atun Rohayatun, membagikan pengalaman harunya melalui akun Instagramnya @rohayatun7.
Baca Juga
Advertisement
"Sering sih saya dan guru lain melihat Jodi main ke sekolah. Hanya saja waktu itu kan memang Jodi belum cukup umur untuk sekolah. Setiap jam istirahat, Jodi selalu nimbrung dengan siswa yang lain main di sekolah," kata Atun, Kamis (2/8/2019).
Atun mengaku tidak menyangka pengalamannya mengantar Jodi pulang ke rumah yang tak layak huni tersebut viral. Atun mengaku kaget saat mengantar Jodi pulang usai hari pertama Jodi bersekolah.
Jarak serta medan tempuh yang begitu jauh membuat Atun menggelengkan kepala. Kondisi rumah Jodi terbilang sangat memprihatinkan.
Namun demikian, Atun mengaku bangga dan salut dengan semangat Jodi untuk sekolah. Dia bersama pengajar yang lain berkomitmen untuk tetap menjaga semangat Jodi.
"Anaknya sih nurut saya mandikan di sekolah sebelum masuk kelas juga mau karena ya di rumahnya tidak ada kamar mandi," kata dia.
Perjalanan Jodi ke sekolah terbilang tidak biasa. Dia harus berangkat lebih pagi karena melewati medan yang sulit.
Rasa iba Atun semakin kuat saat pertama kali dia memberi sarapan kepada Jodi. Saat itu, Atun membelikan sarapan dengan menu ayam goreng membuat Jodi senang.
"Waktu dikasih sarapan daging ayam. Saya tanya, 'Enak enggak?' Enak katanya. Suka makan daging ayam? 'Dijawab enggak'. Terus makannya apa? "Ikan asin saja'. Itu yang bikin saya miris," ujar Atun usai memandikan Jodi.
Ditanggung Sekolah
Kepala Sekolah SD Margabakti Kuningan Jawa Barat Edi Junaedi mengaku Jodi termasuk siswa yang aktif. Dia bersama guru yang lain sudah tahu aktivitas Jodi di sekolah sebelumnya.
Bahkan, Edi sempat menunggu orangtua Jodi mendaftarkan anaknya ke sekolah saat pendaftaran PPDB dibuka. Namun ternyata tak juga datang.
Dua minggu kemudian Jodi datang ke sekolah untuk memungut cengkih. Edi menghampiri Jodi yang tengah memungut cengkih itu dan menawarkannya sekolah.
"Pas saya tawarkan, Alhamdulillah Jodi mengangguk iya dan kemudian saya minta para guru lain membantu mengurus keperluan sekolah Jodi. Untuk sementara dibiayai dari sekolah sambil menunggu pengajuan beasiswa hingga kartu KPI dan PKH," kata dia.
Pihak guru rela membantu mengurus kebutuhannya hingga memandikan Jodi di sekolah sebelum masuk kelas. Edi mengaku sempat mengambil ranting cengkih untuk mengukur sepatu Jodi.
Keputusan sekolah membiayai Jodi bersekolah dianggap tepat. Menurut dia, Jodi merupakan anak yang aktif dan memiliki potensi. Jodi anak yang mudah bergaul meski dia mendadak jadi pendiam jika ada orang baru yang menyapa dan mengajak bicara.
"Tidak ada masalah apa pun dalam diri Jodi alias normal semua kemudian usia Jodi juga memang cukup untuk bersekolah," kata dia.
Terpisah, Kakek Jodi, Rakum bersyukur cucu kesayangannya itu bisa sekolah. Dia berharap, semangat Jodi terus terpelihara sehingga dapat menyelesaikan pendidikannya.
"Iya, biar tidak seperti kakaknya Mulya (14) tidak selesai SD," kata dia.
Rakum membenarkan cerita Jodi yang kerap bermain di sekolah. Rakum berharap Jodi bisa menjadi orang yang sukses. Ia menginginkan agar Jodi bisa bersekolah hingga penididikan yang tinggi.
"Semoga bisa jadi orang yang berguna untuk agama dan negara," harap Rakum.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement