Liputan6.com, Jambi - Gajah Sumatra betina bernama Karina (50 tahun) mati saat proses translokasi dari wilayah Tabir Kabupaten Tebo ke kawasan restorasi ekosistem Hutan Harapan di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Dugaan sementara kematian gajah ini disebabkan stres rescue karena harus menempuh 11 jam perjalanan menggunakan transportasi darat.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Rahmad Saleh mengatakan, Karina mati diduga karena stres. Tapi kini pihaknya, masih melakukan pendalaman lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.
Advertisement
"Diduga karena stres, tapi sekarang tim kita di lapangan sedang melakukan Nekropsi atau bedah terhadap bangkai Karina untuk mengetahui penyebab kematiannya secara medis," kata Rahmad kepada Liputan6.com, Kamis (2/8/2019).
Dia menjelaskan kronologi kematian Karina, saat itu 27 Juli 2019 tim berhasil melakukan penyelamatan terhadap Karina. Kemudian esok harinya gajah sampai ke lokasi translokasi di Hutan Harapan PT Restorasi Ekosistem Indonesia di Sarolangun.
Pada saat diturunkan dari truk, Karina kemudian digiring menggunakan gajah latih dan kondisi Karina masih dapat berjalan. Sampai pada titik pelepasan di hutan areal konsesi Reki, Karina langsung dipasang GPS collar dan diberi injeksi antidote untuk memulihkan kesadaran usai pembiusan. Namun dalam proses tersebut, tiba-tiba gajah Karina terjatuh dan langsung dilakukan penanganan medis.
"Puncaknya tanggal 29 Juli sekitar pukul 03.00 WIB, gajah Karina dinyatakan mati. Dan saat translokasi itu sudah terjadi kelainan perilaku dari Karina, ini mungkin karena faktor genetik individu yang belum diketahui," kata Rahmad.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Translokasi
Rahmad mengatakan translokasi yang dilakukan Frankfurt Zoological Society (FZS) terhadap Gajah Karina sudah direncakan sejak lama. Hal itu dilakukan untuk membantu pengembangbiakan gajah di kawasan Hutan Harapan yang populasinya sedikit.
Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrensis) Karina yang berusia 50 tahun itu lanjut Rahmad, dipindahkan atas dasar pertimbangan bahwa Karina sudah 10 tahun hidup soliter, sehingga perlu ditranslokasi untuk mendapatkan kelompok yang baru.
Kondisi Hutan Harapan menjadi lokasi yang layak guna pengembangbiakan populasi gajah. Sebab, di lokasi tersebut untuk gajah betina masih kurang, sehingga perlu didatangkan gajah tamu supaya bisa kawin dengan gajah jantan.
"Intinya translokasi ini bermaksud agar gajah betina bertemu dengan gajah jantan dan berkembang biak, dan untuk menghindari perkawinan sekerabat (in-breeding)," kata dia.
Dalam proses translokasi itu melibatkan berbagai kalangan, termasuk konservator, pawang gajah (mahout), peneliti dan dokter hewan. Namun apa daya proses tersebut, tak berjalan sukses. Kini pun Jambi harus kehilangan satu ekor Gajah Karina.
"Kami sudah melibatkan banyak ahli. Dan saya rasa kalau untuk faktor human error sangat tidak mungkin, karena tim kita ini sebelumnya juga sudah melakukan translokasi yang sama dan punya pengalaman," kata Rahmad menambahkan.
Advertisement