Presiden Jokowi Mencanting Batik Garuda Nusantara, Selanjutnya Apa?

Awal pencantingan kain Batik Garuda Nusantara oleh Presiden Joko Widodo ini kemudian dilanjutkan dengan proses penorehan canting oleh masyarakat umum.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 02 Agu 2019, 17:30 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi saat membatik di acara batik kemerdekaan di Stasiun MRT Bundaran HI, Kamis (1/8/2019). Dalam kesempatan tersebut Jokowi berharap batik bisa dikembangkan sebagai sebuah brand. (Liputan6 com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo di tengah-tengah masyarakat telah mengawali penorehan canting pada bentangan kain mori (tanpa potongan) sepanjang 74 meter. Bentangan kain tersebut dimulai dengan motif 'Gurdo' atau Garuda, merepresentasikan simbol Garuda Pancasila yang menjadi dasar NKRI, dan karenanya kain ini diberi nama Batik Garuda Nusantara.

Awal pencantingan kain Batik Garuda Nusantara oleh Presiden Joko Widodo ini kemudian dilanjutkan dengan proses penorehan canting oleh masyarakat umum. Pada 2 Agustus ini, semua pengurus Yayasan Tjanting Batik Nusantara (Yayasan TBN) melanjutkan pencantingan yang secara simbolis mewakili masyarakat umum, dan nantinya proses pembuatan dan pencantingan Batik Garuda Nusantara juga akan melibatkan perwakilan sentra-sentra batik Nusantara.

"Momen penorehan canting dan terciptanya wujud kain Batik Garuda Nusantara, bukan saja mengawali serangkaian acara HUT Kemerdekaan RI ke-74 tahun 2019, melainkan juga bertepatan dengan dua momentum penting yang terjadi di tahun ini," kata Ketua Dewan Pengawas Yayasan Tjanting Batik Nusantara, Pheo Hutabarat, di Jakarta, Jumat (2/8/2019).

Pertama, tahun 2019 bertepatan dengan momen perayaan 10 tahun diberikannya pengakuan terhadap batik oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan atau UNESCO. Sepuluh tahun lalu, pada 2 Oktober 2009, UNESCO memberikan pengakuan bahwa batik adalah warisan budaya dunia tak benda (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity).

Pengakuan dunia ini harus dipertahankan jika perlu diperbaharui melalui kegiatan-kegiatan nyata agar batik nantinya tetap dapat diakui oleh UNESCO.

Kemudian, pada 2019, Indonesia telah terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dari tanggal 1 Januari 2019 sampai akhir 2022. Bersama 14 negara anggota DK PBB lainnya, Indonesia berperan dalam proses perumusan kebijakan guna menjaga perdamaian dankeamanan dunia.

Karenanya kain Batik Garuda Nusantara diharapkan menjadi simbol komitmen masyarakat Indonesia yang didukung oleh Presiden Joko Widodo guna mewujudkan perdamaian dunia melalui batik. Kain Batik Garuda Nusantara dibuat dengan menggunakan proses batik tulis halus di kedua sisi bolak balik dari kain tersebut.

Waktu penyelesaiannya memakan waktu kurang lebih 12 bulan. Nantinya, kain Batik Garuda Nusantara diharapkan menjadi salah satu mahakarya kain batik Nusantara, dan ke depan diharapkan menjadi ikon dari gerakan budaya masyarakat Indonesia untuk menciptakan Batik Perdamaian Dunia.

Batik Perdamaian Dunia adalah inisiasi gerakan kultural yang menempatkan batik sebagai simbol dan wujud komitmen masyarakat Indonesia untuk memelihara perdamaian dunia. Filosofi dan nilai luhur batik merupakan pusaka bangsa Indonesia turun temurun.

Saat ini batik bukan saja berwujud sebagai salah satu kebudayaan pemersatu yang mendukung Bhinneka Tunggal Ika dan menciptakan perdamaian di tengah-tengah pluralitas bangsa Indonesia.

"Batik nantinya diharapkan menjadi warisan budaya dunia tak benda (the intangible heritage of humanity) berasal dari Indonesia, yang mengusung perdamaian di tengah-tengah pluralitas masyarakat dunia," kata Ketua Yayasan Tjanting Batik Nusantara, Bonny Widjoseno.

 


Aksi Tjanting Batik Nusantara

Presiden Jokowi dan ibu negara turut membatik di kain 74 meter (Foto: Setpres)

Ke depan, Yayasan Tjanting Batik Nusantara (Yayasan TBN) melalui gerakan Batik Perdamaian Dunia akan menyelenggarakan serangkaian program kegiatan budaya dan kemasyarakatan lintas negara untuk mengimplementasikan gerakan budaya ini.

Tahap pertama program yaitu berupa serangkaian kegiatan yang akan direalisasikan pada bulan September 2019, dengan mengambil tempat di New York dan Markas Besar PBB, bertepatan dengan diadakannya Sidang Majelis Umum PBB (UN General Assembly) ke-74.

Yayasan TBN didirikan sejak 2017, merupakan yayasan batik yang bergerak disisi 'hulu' dari pergerakan batik, dan memfokuskan pada tiga pilar program, yaitu: (i)sejarah dan pelestarian, (ii) kultivasi dan (iii) lintas generasi.

Dari sejak tahun 2017, Yayasan TBN telah berhasil menyelenggarakan serangkaian program 'hulu' batik, yaitu antara lain: Tjanting Run (Lari 5K dan 10K) tahun 2016, 2017 dan 2018, talk show batik, kolokium Batik di Universitas Pekalongan 2017 dan program rekam jejak batik berkejasama dengan Kemenlu RI. Yayasan TBN telah bergerak memulai pembuatan rumusan dan konsep Batik Perdamaian Dunia dari sejak bulan Oktober 2018 lalu.

Terinspirasi semangat Pidato Visi Indonesia yang diucapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 14 Juli 2019, Yayasan TBN yakin bahwa sekaranglah saatnyabersama untuk bersatu dan membangkitkan budaya Indonesia di kancah internasional.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya