Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah memindahkan trase Jalan Trans Papua yang melewati Kabupaten Nduga di Provinsi Papua menuju rute Jayapura-Wamena. Meski ada relokasi proyek, pengeluaran biayanya masih tetap sama, yakni sebesar Rp 800 miliar.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto mengatakan, pemindahan proyek Jalan Trans Papua ini dilandasi oleh faktor keamanan di Nduga pasca adanya insiden penembakan kepada pekerja di sana.
"Kita sudah mengusulkan penggantian yang Nduga, yang Nduga ini kan kita tidak bisa tahu faktor keamanan. Kita coba rubah ke Jayapura-Wamena," ujar dia di Jakarta, Jumat (2/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sebagai informasi, pada akhir 2018 lalu telah terjadi kasus pembunuhan terhadap sejumlah pekerja PT Istaka Karya (Persero) pada proyek Jembatan Kali Yigi Aurak di Kabupaten Nduga, Papua. Lokasi tersebut merupakan bagian dari Segmen V Proyek Jalan Trans Papua ruas Wamena-Mamugu sepanjang 278 km.
Di ruas tersebut, pemerintah turut menggandeng dua badan usaha yakni PT Istaka Karya (Persero) dan PT Brantas Abipraya (Persero) dalam membangun 35 jembatan. Dimana Istaka Karya ditugaskan untuk bangun 14 jembatan, sementara Brantas Abipraya sebanyak 21 jembatan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Anggaran Tetap
Lebih lanjut, Sugiyartanto menyampaikan, dana yang semula dipakai untuk membangun ruas Wamena-Mamugu nantinya akan dialokasikan untuk pengerjaan proyek Jalan Trans Papua rute Jayapura-Wamena.
"Nduga Papua itu kalau enggak sekitar Rp 800 miliar ya. Jayapura-Wamena sama," sebut dia.
Menurutnya, penggantian trase ini dilakukan lantaran pemerintah memprioritaskan unsur keselamatan dan keamanan bagi para pekerja proyek.
"Yang jelas itu kan faktor keamanan. Jangan sampai orang bekerja dengan keamanan rendah kan, risikonya siapa yang menanggung. Karena kita tidak bisa menilai sebuah nyawa," tuturnya.
Advertisement
Medan yang Keras Bikin Penyelesaian Trans Papua Molor
Pengerjaan proyek Jalan Trans Papua dan jalan perbatasan di Bumi Cendrawasih nampaknya sulit dirampungkan pada tahun ini. Medan yang sulit dan berbukit-bukit membuat penyelesaiannya diperkirakan mundur satu tahun.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memperkirakan, Jalan Trans Papua yang membentang dari Sorong hingga Merauke baru bisa tersambung sepenuhnya pada 2020 mendatang.
"2020 itu (Trans Papua tersambung). Itu 2019 belum bisa tembus, karena sangat keras sekali medannya," ujar dia, seperti dikutip Kamis (18/4/2019).
Sebagai informasi, proyek Trans Papua ini memiliki total panjang sekitar 4.330,07 km. Pengerjaannya terbagi dalam dua provinsi, yakni di Papua Barat sepanjang 1.070,62 km, dan di Papua dengan panjang total 3.259,46 km.
Saat ini, Jalan Trans Papua di Papua Barat telah tembus seluruhnya. Sedangkan yang terletak di Provinsi Papua hingga akhir 2017 lalu baru tersambung sekitar 2.907 km.
Lebih lanjut, Menteri Basuki meneruskan, pengerjaan jalan perbatasan di Papua pun terhambat oleh persoalan serupa, yakni sulitnya medan di lokasi pembangunan. Seperti pada segmen Oksibil ke Tanah Merah yang harus menembus perbukitan.
"Medannya tinggal sedikit, tapi kan itu karena medannya pegunungan di tengah itu jadi sangat berat. Yang lainnya dari Merauke ke Boven Digoel sudah nyambung. Tinggal antara Oksibil itu yang belum," terangnya.
Proyek jalan perbatasan di Papua sendiri memiliki total panjang 1.098,24 km yang terhubung dari Jayapura hingga Merauke. Pengerjaannya dibagi dalam tiga segmen, yakni Segmen I Jayapura-Yarso-Waris-Yetti sepanjang 128,18 km, Segmen II Yetti-Ubrub-Oksibil sejauh 301,74 km, serta Segmen III Oksibil-Tanah Metah-Muting-Merauke sepanjang 668,32 km.