Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan riset pasar Gartner Research merilis laporan tentang tren penjualan smartphone global. Berdasarkan data tersebut, penjualan smartphone pada tahun ini diprediksi turun 2,5 persen dibandingkan 2018.
Dilansir dari GSM Arena, Sabtu (3/8/2019), Gartner memperkirakan penjualan smartphone akan turun dari 1,55 miliar pada 2018 menjadi 1,51 miliar pada akhir tahun ini. Penurunan penjualan ini terjadi di sebagian besar wilayah, termasuk Eropa Timur, Asia Pasifik, Amerika Utara, dan Jepang.
Baca Juga
Advertisement
Penjualan smartphone di wilayah Eropa Timur, misalnya, diprediksi turun dari 47 juta unit menjadi 45 juta. Penjualan smartphone di Jepang pun diperkirakan mengalami penurunan cukup besar dari 33,9 juta menjadi 31,7 juta.
"Di pasar yang mature, terutama pasar smartphone high-end, mengalami kelebihan suplai dan komiditas, dengan harga jual rata-rata lebih tinggi. Selain itu, tidak ada utilitas atas pengalaman baru bagi pengguna agar melakukan upgrade," ungkap Gartner dalam laporannya.
Penjualan smartphone akan kembali bangkit pada 2020. Gartner memperkirakan penjualan smartphone global akan tumbuh menjadi 1.560.853 pada tahun depan. Pertumbuhan ini akan didorong oleh ketersediaan jaringan dan ponsel 5G.
Pengapalan Ponsel Huawei Tembus 118 Juta Unit
Lebih lanjut, Huawei saat ini tengah berjuang di pasar smartphone setelah bisnisnya dengan perusahaan-perusahaan AS terhambat. Kendati demikian, setidaknya perusahaan berhasil mengapalkan 118 juta unit ponsel di pasar global, termasuk dari merek Honor, pada semester 1 2019. Jumlahnya naik 34 persen dari periode sama pada tahun lalu.
Dilansir dari Forbes, penjualan ponsel tersebut menyumbang lebih 55 persen untuk total pendapatan Huawei. Perusahaan asal Tiongkok itu membukukan pendapatan 401,3 miliar yuan pada semester pertama tahun ini.
Chairman Huawei, Liang Hua, mengatakan kinerja kuat perusahaan sebagian besar didukung oleh momentum yang telah dibangun selama setahun terakhir. Namun, ia melihat kemungkinan akan ada tantangan pada semester kedua tahun ini.
"Bisnis konsumen kami berkembang pesat sebelum 16 Mei, dan sejak hari itu ada beberapa perlambatan. Secara objektif, kami akan menghadapi beberapa tantangan di babak yang akan datang," ungkap Liang.
Beberapa waktu lalu, pemerintah AS telah memberikan penangguhan kepada Huawei terkait kebijakan tersebut dengan sedikit kelonggaran, selama tidak membahayakan keamanan nasional.
(Din/Why)
Advertisement