Liputan6.com, Pandeglang - Saat gempa mengguncang Bumi, warga Desa Panjang Jaya, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten bergegas ke luar rumah. Situasi Jumat 2 Agustus 2019 malam itu, ripuh.
Dalam kondisi panik, mereka lari tunggang langgang mencari tanah lapang.
Advertisement
Tiba-tiba, suara azan berkumandang dari Masjid Baitul Mukminin yang berada di Kampung Karoyak, desa tersebut. "Allahuakbar...Allaahuakbar...."
Sekejap, kepanikan warga reda. Mereka menghentikan langkah, lalu berdoa meminta keselamatan.
"Ada pula yang berzikir dan duduk-duduk," kata warga setempat, Iim, Sabtu (3/8/2019).
Menurut dia, azan itu berkumandang sebelum azan salat isya. "Abis gempa itu ada azan. Kalau azan isya, beda lagi. Jadi ada dua azan," jelas Iim.
Beberapa warga yang berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri antara lain anak-anak kecil yang sedang mengaji.
"Pas lagi ngaji kan gempa, jadi pada keluar anak-anaknya. Sudah tenang, dilanjut lagi ngajinya," kata warga setempat, Muhammad Suhendar, Sabtu (3/8/2019).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Dapat Pelatihan Tanggap Bencana
Warga setempat pun mengeluh tidak pernah mendapatkan sosialisasi ataupun pelatihan tanggap darurat kebencanaan, baik gempa bumi maupun tsunami. Sehingga, saat lindu melanda kampungnya Jumat malam, masyarakat panik.
"Belum pernah ada pelatihan keselamatan sih. Mau dari pemda (Pemkab Pandeglang), BPBD, BNPB juga belum pernah," kata Sahroni, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (3/9/2019).
Dia menuturkan, saat terjadi gempa, refleks menggendong anak dan menuntun istrinya ke luar rumah dan mencari tanah lapang. Saat itu, dia belum mengetahui ada potensi tsunami akibat gempa tersebut.
"Refleks saja ke luar rumah sama istri sama anak. Gempa baru pertama kali ini di sini," ujar Sahroni.
Advertisement