Liputan6.com, Jakarta - Banten diguncang gempa bermagnitudo 6,9 pada Jumat 2 Agustus 2019, malam. Warganet yang mengaku merasakan getarannya ramai-ramai mengunggah momen tersebut.
Menurut penelusuran Liputan6.com, ada tiga hal yang menjadi trending di jagat media sosial usai gempa Banten tersebut. Pertama, mencuatnya nama almarhum Sutopo Purwo Nugroho.
Advertisement
Sutopo yang kala itu menjabat sebagai Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memang lekat dengan bencana. Dia menjadi orang pertama yang biasa mengabarkan kebencanaan di Tanah Air.
Rupanya, para pengguna media sosial merindukan kecepatan Sutopo memberikan informasi ketika ada bencana datang, termasuk saat gempa Banten terjadi. Bahkan, kata "Sutopo" menjadi trending di Twitter.
Hal kedua yang juga ramai adalah nama Eyang Ibung. Belum jelas siapa sebenarnya sosok terkait. Dia dianggap telah meramal gempa Banten sebelum benar-benar terjadi.
Ketiga, maraknya pesan berantai di sosial media soal sendok dalam gelas. Saking viralnya, hal ini sampai ditanggapi otoritas Badan Meteorologi dan Geofisikan (BMKG). Berikut ulasannya:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gempa Banten dan Sutopo
Sosok Sutopo yang kala itu menjabat sebagai Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memang lekat dengan bencana. Dia menjadi orang pertama yang biasa mengabarkan kebencanaan di Tanah Air.
Semasa hidupnya, almarhum Sutopo memang dikenal sangat aktif memberikan informasi terkait bencana di media sosial.
Dia sangat cepat memberikan informasi saat bencana datang. Informasi akan segera diberikan melalui akun Twitter miliknya @Sutopo_PN.
Rupanya, para pengguna media sosial merindukan kecepatan Sutopo memberikan informasi ketika ada bencana datang, termasuk saat gempa Banten terjadi. Bahkan, Sutopo menjadi trending dalam Twitter.
"Kalau ada berita gempa, bencana, jadi inget pak @Sutopo_PN malah kangen pak, image.gifAl Fatihah buat bapak," tulis akun Twitter @hanie3381.
"Hanya rindu twitt dari pak sutopo saat #Gempabanten terjadii Al fatihah," cuit @Nurulizh99.
"Ada Gempa, Netizen Kangen Pak Sutopo," tulis @thiqqakartika.
"Gempa barusan ini bener bener langsung inget sama Pak Sutopo," tulis @komangaan.
Advertisement
Ramalan Eyang Ibung
Jagat media sosial Twitter diramaikan dengan perbincangan soal Eyang Ibung. Usut punya usut, netizen penasaran dengan sosok yang disebut-sebut sempat meramalkan peristiwa gempa sesaat sebelum kejadian.
Pantauan Liputan6.com, Sabtu (3/8/2019) hingga pukul 10.00 WIB, nama Eyang Ibung masuk dalam trending Twitter Indonesia. Dalam penelusuran, Eyang Ibung merupakan pengguna Facebook yang mengunggah ramalan gempa Banten empat jam sebelum kejadian.
Dari unggahannya yang telah di-capture ramai-ramai oleh netizen, dia mengatakan, "Yuk kita solat asar, sebentar lagi ada gempa...!"
Hanya saja, saat ini akun yang diperbincangkan itu kini mendadak hilang.
Menghilangnya akun tersebut memicu penasaran netizen, khususnya para pengguna Twitter. Bahkan di Facebook sendiri sudah ada sejumlah akun fans page mengatasnamakan Eyang Ibung.
Soal Penanda Gempa
Beredar pesan di WhatsApp yang menyarankan warga untuk menyimpan sendok dalam gelas. Cara ini disebut dapat mendeteksi sedini mungkin jika ada guncangan gempa.
"Semisal ada gempa susulan, tar malam, taro sendok deh di dalam gelas, yah. Jadi walau kita tidur lelap bisa tau jikalau ada gempa dari bunyi sendok tersebut," tulis pesan menyebar tersebut.
"Orang Jepang ngajarin gue, kalau gempa goyangnya kiri - kanan, mengayun, boleh turun dengan tenang, atau tidak perlu turun. Tapi kalau goyangnya atas bawah, menghentak atau membanting, segera turun, itu menghancurkan,” lanjut isi pesan itu.
Namun menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mungkin pesan itu sebagai anjuran agar masyarakat dapat mendengar bunyi getaran sendok dan gelas bila sedang tak awas agar dapat melakukan evakuasi secepat mungkin.
“Mungin maksudnya ke arah sana (bunyian), tapi kalau guncangannya kuat kan pasti orang merasakan tanpa perlu itu," kata Rahmat, Sabtu (3/8/2019).
Namun, Rahmat melanjutkan, tidak ada penjelasan ilmiah untuk menjelaskan hal tersebut. Dia menilai hal itu umum sebagai inisiati masyarakat sebagai langkah pencegahan.
Advertisement