Liputan6.com, Jeddah - Transportasi menjadi salah satu hal yang harus menjadi perhatian saat fase puncak haji. Saat momen ini, kerap terlihat antrean panjang jemaah menunggu bus yang akan membawa mereka dari Arafah ke Muzdalifah, lalu Mina (Armuzna).
Nada protes pun sering muncul dengan penilaian jika transportasi yang tersedia tak mencukupi.
Advertisement
Terkait ini, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan sarana transportasi pada fase Armuzna memang sengaja dibatasi Arab Saudi. Pembatasan ini justru dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan.
Diketahui jika dari Makkah ke Arafah, setiap Maktab disediakan 21 bus untuk mengantar sekitar 2.900 sampai 3.000 jemaah dengan sistem shuttle atau taraddudi (berputar).
"Sementara pergerakan dari Arafah ke Muzdalifah hanya tujuh sampai sembilan bus per maktab. Bahkan, pergerakan dari Muzdalifah ke Mina hanya lima bus per maktab,” terang dia, Jumat (2/8/2019).
Dia menegaskan jika kondisi ini merupakan ketentuan Naqabah atau Organdanya Arab Saudi. Pembatasan dilakukan untuk mengurangi kemacetan. Sebab, ruas jalan yang tersedia menuju ke tiap lokasi juga sangat terbatas dan jaraknya pendek.
Sementara jutaan jemaah haji dari berbagai dunia bergerak ke arah yang sama dalam rentang waktu yang hampir bersamaan.
Jarak
Dijelaskan Menag, jarak antara Makkah ke Arafah sekitar 19,6 km. Sementara jarak Arafah ke Muzalifah hanya 10 km.
“Itulah kenapa hanya disediakan tujuh sampai sembilan bus. Kalau tetap 21 bus, maka akan macet. Sistem yang digunakan adalah taraddudi atau shuttle,” tegas Menag.
Jarak antara Muzdalifah ke Mina lebih pendek lagi, hanya sekitar 5 km. Karenanya, armada yang disiapkan untuk setiap maktab kembali dikurangi, menjadi hanya lima bus.
Baru, saat pergerakan dari Mina menuju hotel jemaah di Makkah, setiap maktab akan kembali disiapkan 21 armada bus.
“Pengurangan bus memang akan berdampak antrian jemaah memanjang. Ini yang perlu disosialisasikan sejak awal agar jemaah memahami sehingga tidak kecewa saat menunggu antrian,” tandasnya.
Advertisement