Gempa Banten Berbuntut Panjang di Cilacap

Warga Cilacap pun terpancing isu gempa besar pascagempa Banten dan dibikin resah

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 04 Agu 2019, 08:00 WIB
Warga Sumpiuh, Banyumas mengungsi saat gempa banten magnitudo 6,9, Jumat malam, 2 Agustus 2019. (Foto: Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Gempa Banten magnitudo 6,9 secara fisik tak berdampak di Cilacap, Jawa Tengah.

Tetapi, benak warga sudah dijejali bahwa gempa besar berpotensi tsunami. Tak aneh jika sebagian warga pesisir Cilacap mengungsi ke perbukitan.

Maklum saja, warga Cilacap pernah terkoyak oleh tsunami pangandaran pada tahun 2006. Keluarga dan tetangga mereka jadi korban air laut pasang yang melabrak daratan secara tiba-tiba.

Gempa Banten memicu kekhawatiran ancaman tsunami. Terlebih, belakangan warga Cilacap memang tengah ramai membicarakan potensi gempa megathrust yang bisa memicu tsunami 20 meter di perairan selatan Pulau Jawa.

Hingga Sabtu sore, sekitar 20 jam, tak ada dampak kerusakan yang dilaporkan akibat gempa banten. Warga pesisir yang mengungsi ke perbukitan pun sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Namun, secara psikis, dampak gempa Banten itu begitu terasa. Warga lebih mudah terpancing isu gempa dan tsunami.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy menilai masyarakat masih mudah panik saat ada gempa.

Ditinjau dari segi mitigasi, kecepatan warga untuk mengungsi saat terjadi gempa Banten, memang baik.


Isu Gempa Magnitudo 9,0

Warga Sumpiuh, Banyumas mengungsi saat gempa banten magnitudo 6,9, Jumat malam, 2 Agustus 2019. (Foto: Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)

Tetapi, ia juga menyoroti warga yang mudah terpancing isu yang tak bisa dipertanggungjawabkan alias hoaks. Belakangan, isu gempa magnitudo 9,0 berembus kencang dan beredar viral.

Sebagian warga Cilacap pun terpancing isu gempa besar pascagempa Banten dan dibikin resah, meski sumber informasi gempa itu tak jelas.

"Tadi malam, dinihari, teman-teman sosialisasi. Ini juga akan kami lanjutkan," ucap Komara, Sabtu, 3 Agustus 2019.

Padahal, sebelumnya warga pesisir Cilacap sudah sempat mengikuti sosialisasi tsunami. Tak main-main, perwakilan dari 55 desa di pesisir Cilacap diundang untuk memperoleh pengetahuan dan mitigasi gempa dan tsunami.

Pada Kamis dan Jumat (1-2/8/2019), ekspedisi desa tanggap bencana (destana) tsunami pesisir selatan Jawa memang singgah di Cilacap. Salah satu agenda pentingnya adalah sosialisasi mitigasi tsunami.

Dalam acara tersebut, sebanyak 55 perwakilan desa yang rawan terdampak tsunami diundang untuk mendapat materi pengetahuan soal gempa dan tsunami. Harapannya, mereka juga akan menjadi sumber informasi penting bagi warga untuk menangkal hoaks atau berita bohong soal tsunami.

"Dan ini juga akan kami lanjutkan terus menerus," jelasnya.

Diketahui, gempa Banten turut dirasakan di Cilacap, Banyumas, Kebumen, hingga Yogyakarta. Dalam peristiwa itu, banyak warga yang mengungsi ke perbukitan.

Di Cilacap, sebagian warga pesisir mengungsi ke perbukitan di wilayah Kesugihan dan Jeruklegi. Namun, warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

"Kami mengimbau agar warga tidak mudah panik. Tapi tetap waspada. Karena, setelah gempa banten, ada juga gempa selatan Yogyakarta, 3,2," Komara mengungkapkan.


Penjelasan BMKG Soal Isu Gempa M 9,0

Warga Nusawungu, Cilacap mengungsi saat gempa banten magnitudo 6,9, Jumat malam, 2 Agustus 2019. (Foto: Liputan6.com/Tagana Banyumas/Muhamad Ridlo)

Terkait, dengan beredarnya kabar yang viral di media sosial bahwa akan terjadi gempa besar berkekuatan Magnitudo 9,0 pascagempa Banten magnitudo 6,9, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahkan sampai menerbitkan tanggapan khusus.

BMKG menyatakan bahwa isu yang berkembang tersebut tidak benar. Karena peristiwa gempa bumi hingga saat ini belum dapat diprediksi oleh siapapun, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya.

Menukil keterangan dalam situs BMKG, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menyatakan bahwa gempa bumi terjadi akibat deformasi batuan yang terjadi secara tiba-tiba pada sumber gempa yang sebelumnya mengalami akumulasi medan tegangan (stress) di zona tersebut.

"Pengaruh penjalaran stress untuk proses selanjutnya secara kuantitatif masih sulit untuk diketahui," ucapnya dalam keterangan tertulis.

Menurut dia, teori yang berkembang saat ini baru dapat menjelaskan bahwa sebuah gempa bumi utama dapat membangkitkan atau memicu aftershocks atau gempa susulan.

Namun, masih sulit untuk memperkirakan gempa besar rentetannya, seperti beberapa kasus gempa bumi doublet, triplet (dua atau tiga kejadian gempabumi tektonik dlm waktu dan lokasi yg relatif berdekatan), dan seterusnya.

"Masyarakat dihimbau agar tetap tenang namun waspada dan tidak percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," dia menjelaskan.

Terpenting adalah mitigasi dan memastikan kesiapan sebelum, saat, dan setelah terjadi gempa bumi. Siapkan bangunan rumah sesuai dengan konstruksi aman gempa serta menyiapkan perabotan-perabotan yang kuat dan dapat menjadi tempat perlindungan sementara saat terjadi gempa.

Selanjutnya, menyiapkan jalur evakuasi yang aman di lingkungan tempat tinggal anda, selanjutnya agar terus berlatih untuk evakuasi mandiri, dan terus monitor infobmkg baik melalui sosial media, mobile Apps, website, ataupun kanal-kanal resmi BMKG.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya