Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikatm (AS) Donald Trump mengutuk penembakan El Paso pada Sabtu, 3 Agustus 2019. Ia menyebut insiden yang terjadi di supermarket Walmart di Texas itu sebagai tindakan pengecut.
"Penembakan hari ini di El Paso, Texas tidak hanya tragis, itu adalah tindakan pengecut," tulis Donald Trump di Twitter.
Baca Juga
Advertisement
Donald Trump, presiden nyentrik AS itu menambahkan, tidak ada pembenaran atas pembunuhan orang tak bersalah, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (4/8/2019).
Sebanyak 20 orang tewas akibat serangan oleh pria bersenjata pada Sabtu. Belasan orang lainnya juga luka-luka. Sementara para pembeli panik melarikan diri.
Insiden itu terjadi saat banyak warga tengah sibuk membeli peralatan sekolah di Walmart El Paso. Penembakan itu terjadi hanya enam hari pasca-seorang remaja bersenjata menewaskan tiga orang di sebuah festival makanan di California Utara.
"Hari itu akan menjadi hari normal bagi seseorang untuk berbelanja dengan santai, (namun) berubah menjadi salah satu hari paling mematikan dalam sejarah Texas," kata Gubernur Texas Greg Abbott dalam konferensi pers.
Simak video pilihan berikut:
Tiga Warga Meksiko Ikut Tewas
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan tiga orang Meksiko termasuk di antara yang tewas. Enam orang Meksiko terluka.
Insiden ini memang disebut sebagai penembakan massal terburuk kedelapan dalam sejarah AS modern, setelah penembakan 1984 di San Ysidro yang menewaskan 21 orang.
Tersangka diidentifikasi sebagai pria kulit putih berusia 21 dari Allen, Texas, sebuah distrik di pinggiran kota Dallas, sekitar hampir 1.000 kilometer di timur El Paso.
Ditanya selama wawancara CNN tentang laporan tentang adanya posting online yang dilakukan oleh tersangka, Jaksa Agung Texas Ken Paxton mengatakan dia tidak akan terkejut dengan cara apa pun.
"Saya pikir itu dapat membantu menjelaskan mengapa dia melakukannya," kata Paxton. "Mereka masih mewawancarainya."
Kepala polisi El Paso Greg Allen mengatakan pihak berwenang memiliki manifesto dari tersangka yang menunjukkan "ada potensi nexus dengan kejahatan rasial." Pejabat menolak untuk menguraikan dan mengatakan penyelidikan berlanjut.
Advertisement