Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan akan melambung pada pekan ini. Perkiraan tersebut didukung oleh sentimen ketidakpastian ekonomi yang kini mendominasi pasar keuangan.
"Pada pekan kemarin harga emas mengalami tekanan. Jadi tinggal kita lihat seperti apa gerak pasar nanti," tutur analis senior LaSalle Futures Group, Charlie Nedoss dilansir dari Kitco, Senin (5/8/2019).
Advertisement
Sementara itu, sampai dengan saat ini, sejumlah analis masih sepakat bahwa ketidakpastian perang dagang AS dengan China akan mendorong harga emas lebih tinggi setelah sempat masuk dalam posisi kritis di USD 1.400 per ounce.
Pekan ini sebanyak 14 analis di Wall Street telah mengambil bagian dalam survei Kitco menyatakan bahwa sebanyak 13 pemilih atau 93 persen menilai harga emas bakal lebih tinggi. Sisanya hanya ada 1 atau 7 persen yang memperkriakan harga emas akan tertekan.
Sementara itu, dalam poling online terhadap seluruh pelaku pasar, dimana ada 870 responden ikut serta di dalamnya terungkap bahwa sebanyak 540 pemilih atau 62 persen menyatakan harga emas naik. Sedangkan 229 lainnya atau 25 persen memperkirakan harga emas akan jatuh.
Selain itu, 117 pemilih tersisa atau 13 persen melihat pasar akan sideways (mendatar).
Nedoss menjelaskan, ketidakpastian perang dagang memang diperkirakan masih akan membebani nilai tukar dolar AS. "Ada banyak ketakutan di luar sana dan tidak banyak alternatif. Saya hanya tak melihat banyak resistensiuntuk emas," paparnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Target Harga
Di sisi lain, Co-Director Lindung Nilai Komersial Walsh Trading Sean Lusk memprediksi harga emas masih akan tetap bullish (naik) dengan target USD 1.445 dalam jangka menengah. Meski ada sejumlah tekanan di pasar ekuitas, Lusk melihat dan berharap aliran modal tersebut mengalir ke emas.
"Anda memang tidak bisa bersaing dengan semua ketidakpastian ini dan emas dipastikan akan tetap untung dalam lingkungan seperti ini," katanya.
Advertisement