Liputan6.com, New York - Presiden Donald Trump memerintahkan agar bendera Amerika di Gedung Putih dan gedung-gedung pemerintah dikibarkan setengah tiang. Hal itu dilakukan untuk mengenang para korban penembakan massal akhir pekan lalu di El Paso, Texas, dan Dayton, Ohio.
"Bangsa kita berduka karena orang-orang yang dicintai terbunuh dalam penembakan yang tragis ... dan kita berbagi dalam rasa sakit dan penderitaan semua orang yang terluka dalam dua serangan tidak masuk akal ini," kata Donald Trump dalam pengumuman pada Minggu 4 Agustus 2019 waktu setempat yang dikutip dari New York Post, Senin (5/8/2019).
Advertisement
"Kami mengutuk tindakan kebencian dan pengecut ini. Melalui duka kami, Amerika bersatu dengan rakyat El Paso dan Dayton. Semoga Tuhan bersama para korban dari dua kejahatan mengerikan ini dan membawa bantuan dan penghiburan bagi keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan," katanya lagi.
Perintah Trump untuk mengenang para korban penembakan itu juga berlaku untuk semua bangunan pemerintah. Berlaku untuk pangkalan militer, kedutaan besar, kapal angkatan laut, dan fasilitas lainnya di luar negeri.
Perintah itu sudah diberlakukan hingga matahari terbenam pada Kamis 8 Agustus.
Seorang penembak menewaskan 20 orang dan melukai 26 Sabtu di sebuah Walmart di El Paso.
Kemudian Minggu pagi, seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di sebuah distrik hiburan di Dayton, menewaskan sembilan orang dan melukai 27 lainnya. Menewaskan sembilan orang.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bendera Setengah Tiang
Sekitar 20 orang dilaporkan tewas dan 26 lainnya cedera dalam penembakan massal di sebuah cabang supermarket Walmart di kompleks Cielo Vista Mall di kota perbatasan Amerika Serikat (AS), El Paso, di negara bagian Texas.
Seorang pria kulit putih berusia 21 asal distrik Allen, pinggiran kota Dallas yang berjarak lebih dari 600 mil (setara 965 kilometer) jauhnya, ditahan setelah menyerahkan diri kepada polisi, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Minggu 4 Agustus 2019.
Kepala polisi El Paso Greg Allen mengatakan "manifesto" sedang diselidiki sehubungan dengan tersangka, dan penembakan itu sedang diselidiki sebagai potensi kejahatan rasial.
Beberapa saksi mata mengaku mendengar suara yang terdengar seperti balon meletus berkali-kali, sebelum melihat penembak berlari memasuki supermarket.
Advertisement
Penembakan Dayton
Kurang dari 24 jam, penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat (AS). Kali ini, insiden tersebut menyasar pusat kota Dayton, negara bagian Ohio, yang menewaskan 9 orang dan melukai 16 lainnya.
Penembakan paling baru terjadi pada Minggu dini hari, sekitar pukul 01.00 waktu setempat di East 5th Street di distrik Oregon, daerah pusat kota yang populer, kata Wakil Direktur dan Asisten Kepala Kepolisian Letnan Kolonel Matt Carper kepada wartawan.
Dikutip dari CNN pada Minggu 4 Agustus, polisi mengatakan tersangka penembakan --yang belum diidentifikasi-- ikut tewas di tempat setelah baku tembak dengan polisi.
Tidak ada petugas yang terluka dalam konfrontasi tersebut, tambah Carper.
Polisi meyakini tersangka bertindak sendiri dan tidak ada ancaman yang tersisa bagi masyarakat, tetapi penyelidikan masih berlangsung.
FBI dikerahkan untuk menyelidiki motif di balik aksi penembakan terkait.